PALU – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah, HS. Ali bin Muhammad Aljufri, menyampaikan tausiyah pada kegiatan penutupan Maulid Arbain Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ke-40. Acara tersebut berlangsung di Gedung Al-Muhsinin, Kompleks PB Alkhairaat, Jalan SIS Al Jufri, Kamis (2/10/) malam.

Dalam tausyiahnya, Habib Ali bin Muhammad Aljufri menekankan pentingnya kejujuran dalam kehidupan seorang mukmin. Menurutnya, seorang muslim mungkin saja terjerumus dalam perbuatan dosa, namun sifat berbohong tidaklah pantas bagi seorang mukmin.

“Seorang mukmin bisa saja tergelincir dalam berbagai kesalahan, tetapi tidak mungkin seorang mukmin itu menjadi pembohong. Karena berbohong berarti menipu diri sendiri, padahal Allah Maha Mengetahui apa yang kita lakukan,” ujar Ali bin Muhammad Aljufri.

Habib juga menerangkan tentang zikir bukan sekadar melafalkan kalimat tasbih, tahmid, atau tahlil, melainkan juga menghadirkan kesadaran hati agar setiap perbuatan selalu mengingat Allah. Jika ingin berbuat sesuatu, maka ingat Allah.

“Kalau kita mau berkata bohong, kita ingat Allah. Itulah makna zikir dalam tingkah laku kita,” tambahnya.

Habib melanjutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah jalan satu-satunya untuk meraih cinta Allah subhanagu wa taala. Karena itu kata habib, umat Islam harus berusaha mengikuti sunnah dan akhlak Rasulullah SAW meski secara sempurna tidak mungkin tercapai.

“Tidak cukup kita hanya mencintai Allah, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Allah mencintai kita. Dan jalan satu-satunya untuk meraih cinta Allah adalah mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” tegasnya.

Ia menambahkan, keteladanan Rasulullah SAW harus diikuti meski dengan amalan-amalan kecil tetapi dilakukan secara konsisten. Sesuatu yang berterusan walau sedikit lebih baik daripada amalan banyak yang terputus. Itulah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Habib Ali mengingatkan bahwa Islam adalah agama rahmat. Menurut habib, bahwa Allah SWT tidak membebani hambanya dengan dosa setiap niat buruk yang terlintas di hati, selama tidak diwujudkan dalam perbuatan. Hal ini menunjukkan kasih sayang Allah SWT yang begitu besar kepada hamba-Nya.

“Bayangkan kalau setiap niat jahat dalam hati langsung dicatat sebagai dosa, maka tidak ada seorang pun yang selamat. Tetapi Allah Maha Rahman dan Maha Rahim. Inilah ajaran Nabi Muhammad, ajaran rahmat bagi seluruh alam,” pungkasnya.