PARIMO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) meminta evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) setelah kasus dugaan keracunan menimpa puluhan siswa hingga harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Kepala Dikbud Parimo, Sunarti Masanang, mengatakan kasus tersebut cukup serius karena melibatkan sekitar 27 hingga 30 anak.
Ia menilai hal itu perlu menjadi perhatian bersama agar tidak sampai menimbulkan korban jiwa dalam program nasional yang sejatinya bertujuan baik bagi peserta didik.
“Program ini sangat membantu anak-anak kita, terutama yang jarang mendapat uang jajan dari orang tuanya. Tapi jangan dijalankan asal-asalan, karena bisa membahayakan. Kalau sampai ada korban, siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya, Rabu (1/10).
Sunarti menjelaskan, MBG merupakan program inisiatif Presiden sehingga pelaksanaannya di daerah harus sesuai mekanisme.
Karena itu, ia meminta keterlibatan Dinas Kesehatan dalam memastikan keamanan makanan, serta peran SPPG dalam menyiapkan menu bergizi dengan standar sanitasi yang tepat.
Menurutnya, sekolah juga harus memberikan edukasi tata krama makan, mulai dari membiasakan siswa mencuci tangan, menyimpan piring bekas pada tempatnya, hingga membuang sampah dengan benar.
“Hal kecil seperti ini bisa berdampak besar kalau diabaikan,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan tenaga masak untuk mencegah risiko penularan penyakit menular melalui makanan.
“Semua harus dicek, jangan hanya asal memasak,” tambahnya.
Sunarti menegaskan, Dikbud Parimo tidak pernah memprovokasi sekolah untuk menolak program MBG. Sebaliknya, program ini didukung penuh karena manfaatnya besar bagi anak-anak. Namun, ia menilai pemberian makanan perlu dihentikan sementara jika ada kejadian serius yang membahayakan siswa.
“Kalau makanan aman, tentu kita terima. Tapi kalau berisiko, lebih baik dihentikan sementara. Evaluasi ini harus melibatkan Dinas Kesehatan dan semua pihak agar program ini benar-benar bermanfaat,” pungkasnya.