PALU – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) berkomitmen merehabilitasi Gedung Taman Budaya atau Gedung Olah Seni (Golni) di Palu yang rusak akibat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi 28 September 2018.
Selain rehabilitasi, pemerintah juga akan membangun gedung pertunjukan terbuka, kantor Dinas Kebudayaan, serta Balai Pelestarian Kebudayaan di kawasan Taman Budaya Golni seluas 2,1 hektar. Pembangunan direncanakan berlangsung pada 2026-2027.
Kepala Dinas Kebudayaan Sulteng, Andi Kamal Lembah, menyebutkan usulan ini sudah disampaikan kepada pejabat Kementerian Kebudayaan RI yang berkunjung ke lokasi Taman Budaya di Jalan Abd Raqi, Palu Barat.
“Kawasan ini sudah disertifikatkan atas nama pemerintah,” ujarnya dalam dialog bersama pelaku seni dan budayawan di halaman Golni, Ahad (28/9).
Dialog bertema recovery Taman Budaya itu dipandu akademisi Universitas Tadulako, Nursangadji, dengan peserta yang duduk beralaskan tikar. Hadir sejumlah tokoh, di antaranya akademisi Hapri Ika Poigi, Surahman Cinu, politikus Yahdi Basma, anggota DPRD Palu Mutmainnah Korona, tokoh adat Siti Norma Mardjanu, serta komunitas seni dari Palu, Sigi, dan Parigi Moutong.
Para seniman mendesak pemerintah segera membangun kembali Taman Budaya Golni yang sudah tujuh tahun terbengkalai.
“Tanpa ruang representatif, seniman terpaksa berkreasi di jalan atau kafe,” ungkap pelukis Endeng.
Politikus Yahdi Basma menegaskan, dukungan kebijakan sudah ada melalui Perda Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kebudayaan Daerah.
“Tinggal bagaimana kemauan politik dan anggaran direalisasikan,” katanya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Sulteng, Rahman, menambahkan bahwa momentum 28 September seharusnya menjadi refleksi bersama, bukan hanya agenda seniman.
Dialog tersebut ditutup dengan pembacaan puisi Kembalikan Indonesia Padaku karya Taufiq Ismail oleh pelajar MI Muhammadiyah Alhaq, serta penandatanganan usulan bersama pelaku seni dan budayawan terkait pemulihan Taman Budaya Golni.
Moderator Nursangadji menegaskan, diperlukan political will, political budgeting, dan implementasi nyata agar Taman Budaya kembali menjadi ruang ekspresi seni dan budaya di Sulteng.