PALU – Anggota DPRD Kota Palu, Nurhalis Nur, menyoroti kasus keracunan yang dialami sejumlah siswa SDN Inpres Boyaoge setelah menyantap sajian Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (17/9).
“Saya meminta pimpinan agar instansi terkait segera melakukan evaluasi menyeluruh,” kata Nurhalis dalam rapat paripurna, Kamis (18/9).
Menurutnya, distribusi MBG perlu dikaji ulang karena ada penyedia yang melayani hingga tiga sampai empat sekolah sekaligus.
“Ini jelas berlebihan dan berpotensi menurunkan kualitas layanan,” tegasnya.
Nurhalis menambahkan, niat baik pemerintah pusat melalui program MBG seharusnya benar-benar membawa manfaat bagi anak-anak.
“Namun jika justru berdampak pada kesehatan siswa hingga keracunan, bahkan membuat mereka tidak bisa bersekolah, maka ini harus segera ditangani dengan serius,” ujarnya.
Diduga, keracunan disebabkan sajian nugget ayam dalam paket MBG. Beberapa siswa mengeluhkan sakit perut dan mual setelah makan. Enam siswa kemudian dilarikan ke RSU SIS Al Jufri Palu untuk mendapat perawatan medis.
Guru SDN Inpres Boyaoge, Warni, mengatakan gejala pertama muncul setelah jam makan siang.
“Awalnya, sesudah makan ada beberapa siswa yang mengeluh sakit perut, khususnya kelas 4 dan 6. Saya sempat coba, memang ada perubahan rasa di nugget ayamnya, tapi tidak semua. Yang dibawa ke rumah sakit ada enam orang, namun dua sudah pulang lebih dulu,” jelasnya.
Warni menambahkan, program MBG di sekolah tersebut baru berjalan tiga hari dan sebelumnya tidak pernah menimbulkan keluhan. Penyaluran makanan dilakukan sekitar pukul 10.30 WITA, sementara siswa kelas siang baru mengonsumsinya sekitar pukul 12.00 WITA.
Salah satu orang tua siswa, Nannita, berharap pihak penyelenggara MBG lebih berhati-hati dalam menyeleksi bahan makanan.
“Alangkah bagusnya makanan diperiksa secara detail setiap hari. Jangan sampai ada yang sudah lama tapi tetap dipakai. Kalau begini, yang jadi korban anak-anak. Tentu kami sebagai orang tua jadi was-was,” ungkapnya.
Direktur RSU SIS Al Jufri Palu, dr. Magfira Al Amri, mengatakan pihaknya menerima enam pasien dari sekolah yang sama antara pukul 14.00–15.00 WITA.
“Gejalanya beragam, rata-rata nyeri perut setelah makan, ada yang muntah, sakit kepala. Penanganan awal kami berikan infus untuk mencegah dehidrasi, lalu obat-obatan sesuai gejala. Saat ini pasien kami pantau selama 24 jam,” jelasnya.
Pemeriksaan darah dan observasi kondisi pasien masih dilakukan. Sementara itu, tim Badan Gizi Nasional (BGN) bersama Dinas Kesehatan Kota Palu langsung turun meninjau kondisi para siswa di rumah sakit.