Waktu bagi orang beriman adalah anugerah Allah yang tak ternilai harganya. Namun, waktu juga bisa jadi sebab malapetaka jika disia-siakan begitu saja dan tidak dapat dimanfaatkan untuk membina keimanan, mencari ilmu, meningkatkan amal shaleh, menjalankan kehidupan secara Islami dan berbagai aktivitas dakwah lainnya.

Oleh sebab itu, Allah sering bersumpah atas nama waktu, seperti: Demi Masa, Demi Waktu Dhuha, Demi Malam dan Demi Siang. Semua ini mengisyaratkan betapa mahalnya nilai waktu itu. Tanpa waktu, mustahil kita dapat hidup di dunia ini.

Bayangkan betapa nikmatnya hidup kita jika kita bisa mengatur (memenej) harian kita berdasarkan shalat fardhu yang lima.

Kita mulai hari-hari kita dengan shalat subuh berjamaah di masjid di lingkungan kita, kemudian berzikir, membaca Al-Qur’an atau hadits Rasul saw., sarapan pagi, berangkat kerja, bekerja, shalat zhuhur berjamaah di masjid tempat kita bekerja, dilanjutkan makan siang.

Setelah itu melanjutkan pekerjaan, kemudain shalat ashar berjamaah, meneruskan pekerjaan.

Setelah waktu kerja selesai, pulang ke rumah, kemudian shalat maghrib berjamaah di masjid, kemudian membaca buku-buku yang bermanfaat, shalat isya berjamaah di masjid, kemudian makan malam bersama keluarga.

Kemudian diteruskan dengan diskusi keluarga / monitoring kondisi ibadah, pendidikan, pergaulan & kesehatan anak-anak atau anggota keluarga, nonton berita, kemudian tidur paling lama di pukul 22.00, kemudian bangun sekitar jam 03.00 untuk shalat malam (tahajjud & witir) bersama keluarga.

Setelah masuk waktu subuh dan azan berkumandang, shalat sunat fajar dan bersiap-siap menuju tempat kerja.

Ini hanyalah contoh manajemen waktu harian berdasarkan shalat lima waktu. Kita bisa kembangakn dan mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat lainnya sesuai ajaran Islam.

Jika kita terapkan manajemen waktu harian ini, masih adakah waktu yang terbuang sia-sia? Masih adakah kesempatan berbuat dosa dan kemungkaran, seperti korupsi dan sebagainya? Terbayang saja tidak. Apalagi melakukannya.

Jika manajemen waktu berdasarkan shalat waktu ini kita amalkan, pasti kehidupan kita penuh berkah, efektif dan produktif baik terkait agama, dunia maupun akhirat kita. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai porsinya masing-masing. Beginilah kehidupan para Nabi dan orang-orang shaleh sebelum kita.

Namun demikian, untuk suksesnya manajemen waktu berdasarkan shalat, ada satu hal yang harus kita yakini dan lakukan, yaitu Shalat Fardhu adalah aktivitas kita yang utama, bukan bekerja, berbisnis, mencangkul, berdagang, membaca buku, dan sebagainya yang utama.

Semua aktivitas kita harus tunduk kepada aturan waktu shalat fardhu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Syarat dari semua itu adalah sabar dalam menjalankan planning hidup dan manajemen waktu yang kita buat. Menyusun planning hidup dan manajemen waktu berdasarkan shalat fardhu amatlah mudah.

Namun menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari cukup sulit. Lebih sulit lagi menjaganya terus menerus sehingga menjadi habit (kebiasaan hidup) sehari-hari.

Untuk itu, diperlukan semangat baja, tekad yang kuat yang tak kenal menyerah dan putus asa. Untuk meraih itu semua, sabar adalah kata kuncinya.

Ternyata sabar dalam ketaatan jauh lebih berat dari kesabaran untuk tidak melakukan maksiat. Sebab itu, sabar dan shalat itu sangat mahal harganya, erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan.

Sabar dan shalat adalah syarat mendapatkan pertolongan Allah. Sedangkan kesabaran salah satu syarat kesediaan Alllah untuk mau bersama kita, sebagaimana firman Alllah dalam surat Al-Baqarah 153: Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) melalui sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Setiap waktu yang sudah berlalu, tidak akan pernah dapat diganti dan diulangi. Itulah sunnatullah (sistem/hukum Allah) dalam kehidupan dunia ini. Kemampuan kita tak lebih dari sekedar menghitung detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun.

Sebab itu, beruntunglah orang-orang yang kualitas keimanan dan amal shaleh mereka pada hari ini lebih baik dari kemarin. Rugilah orang-orang yang kualitas iman dan amal shaleh mereka pada hari ini sama dengan hari kemarin.

Celakalah orang-orang yang kualitas iman dan amal shalehnya mereka pada hari ini lebih rendah dan lebih sedikit dari hari kemarin.

Semoga kita termasuk orang-orang yang kualitas imannya selalu lebih baik dari hari hari lalu. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)