PALU – Kondisi Pondok Pesantren (Ponpes) Alkhairaat di Desa Bantuga, Kecamatan Ampana Teta, Kabupaten Tojo Una-Una (Touna), tidak seperti yang digambarkan dalam postingan-postingan media sosial (medsos), akhir-akhir ini.

Dalam postingan-postingan yang beredar di medsos, ponpes tersebut seakan-akan tidak beraktivitas lagi, dan para santri pun banyak yang telah keluar dari pondok sebagai buntut dari pergantian pimpinan ponpes oleh Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, beberapa waktu lalu.

Namun, faktanya, Senin (18/08) hari ini, masyarakat setempat bersama orang tua santri justru beramai-ramai kerja bhakti melakukan pembersihan pondok, karena bertepatan dengan diliburkannya santri selama dua hari.

Pelaksana tugas (Plt) Pimpinan Ponpes Alkhairaat Bantuga, Ustadz Umar Samir, kepada media ini, mengatakan. postingan-postingan di media sosial yang memperlihatkan seakan-akan pondok sudah kosong, sebenarnya karena para santri sedang diliburkan bertepatan di tanggal 17 Agustus.

“Mereka kita liburkan selama dua hari sampai tanggal 18. Karena hari ini anak-anak masih libur, kita manfaatkan bersama orang tua santri dan masyarakat untuk melakukan kerja bhakti di lingkungan pondok. Besok mereka sudah mulai masuk pondok,” jelas Ustadz Umar Samir, Senin (18/08).

Sebenarnya, kata Ustadz Umar, dinamika yang terjadi di pondok hanyalah pada pergantian pimpinan, sehingga tidak mempengaruhi aktivitas belajar mengajar.

Ia menegaskan, sampai hari ini aktivitas pondok masih aktif seperti biasanya. Demikian halnya dengan tenaga pendidik di pondok, semua masih tetap seperti sebelumnya, tetap aktif dan semangat.

“Memang ada yang menyatakan keluar dari pondok, tapi hanya puluhan orang saja, sementara santri kita ini ratusan orang,” katanya.

Orang tua santri dan masyarakat usai melakukan kerja bhakti di lingkungan Ponpes Alkhairaat Bantuga, Senin (18/08). (FOTO: IST)

Dari puluhan santri yang pulang itu, beberapa di antaranya memang sekalian sudah meminta surat pindah, tapi banyak yang hanya sementara dan menyatakan akan kembali ke pondok.

“Sudah ada orang tua santri yang menelpon langsung menanyakan kondisi pondok. Mereka mengaku telah terprovokasi sehingga mengeluarkan anaknya. Nanti Insyaallah besok mereka akan masukkan kembali anaknya,” ujar Ustadz Umar.

Di Ponpes Alkhairaat Bantuga sendiri terdapat satuan pendidikan tingkat Madrasah Tsnawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Di ponpes tersebut, ada santri yang mondok, ada pula yang tidak. Mereka berasal dari wilayah Touna sendiri, dan adapula yang berasal dari luar daerah.

“Nah yang di luar Touna inilah yang memilih keluar dan ikut kepada pimpinan pondok sebelumnya yang telah diganti,” katanya.

Sementara itu, lanjut Ustadz Umar, mereka yang ikut-ikutan memindahkan anaknya, karena termakan provokasi oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang sengaja ingin menjatuhkan pondok.

Waktu itu, kata dia, sampai dihembuskan isu bahwa pondok ini akan tutup. Bahkan santri ditakuti-takuti bahwa pondok akan diserang, dan mereka para santri disuruh menyiapkan senjata tajam untuk berjaga-jaga.

“Jadi anak-anak yang mondok tidak bisa tidur satu malam. Mereka cari alat apa saja yang bisa dipegang. Sampai begitunya kesan yang diciptakan sedemikian rupa untuk menjatuhkan nama baik pondok,” ungkap Ustadz Umar.

Sebagai pelaksana tugas, Ustadz Umar menyatakan akan berusaha semaksimal mungkin membenahi kondisi pondok, walaupun banyak tekanan dari luar yang ia hadapi.

“Insyaallah ke depan ini kita akan melakukan penataan dan pembenahan, dari yang selama ini tidak diaktifkan, akan kita benahi. Kita perbaiki tata kelolanya, administrasinya, dan sebagainya. Yang selama ini mungkin ada yang kurang transparan, mari kita buat lebih transparan karena memang masyarakat menginginkan itu,” katanya.

Ia berharap kepada semua pihak, termasuk orang tua santri dan masyarakat agar tidak mudah termakan provokasi di media-media sosial. Ia mengajak untuk sama-sama membangun pondok agar menjadi lebih baik ke depan.

Ia menyampaikan syukur karena masyarakat Bantuga tidak ikut-ikutan termakan provokasi, tetap mendukung aktivitas pondok. Hal ini dibuktikan dengan datang berbondong-bondong kerja bhakti bersama orang tua santri.

“Di Bantuga ini aman dan tidak ada masalah. Bahkan pada saat diundang perpisahan dengan pimpinan pondok sebelumnya, tidak ada masyarakat yang datang karena mereka sudah paham kondisi yang sebenarnya,” tutup Ustadz Umar.

Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Dr HS Mohsen Alaydrus, mengatakan, polemic yang terjadi di Ponpes Alkhairaat Bantuga, seharusnya tidak mesti terjadi.

Dari awal, kata Habib, PB Alkhairaat tidak pernah punya niat sedikitpun untuk mengganti unsur pimpinan di pondok tersebut.

“Tapi ketika ada aspirasi dari daerah bahwa harus ada pergantian karena berbagai hal, maka PB Alkhairaat tentunya tidak bisa berdiam diri. Semua ini dilakukan demi sesuatu yang lebih baik. Jangan karena hanya pengaruh satu orang, lalu menghancurkan masa depan pondok itu sendiri, Itu yang kita tidak inginkan,” ujarnya.

Habib lalu menceritakan banyak hal mengenai banyaknya proses dan tahapan yang ditempuh, hingga akhirnya mengambil keputusan untuk mengganti Abdurrahman sebagai pimpinan pondok.

“PB Alkhairaat juga tidak serta melakukan pergantian. Ada proses yang sudah dilalui. Bahkan malam itu ketika PB Alkhairaat berkunjung ke Ampana, sebenarnya masih ada toleransi yang diberikan kepada pimpinan pondok yang lama. Tapi mereka justru memperlihatkan sikap yang memaksa PB Alkhairaat untuk mengubah keputusan, dengan cara-cara kekerasan,” tutup Habib