TOUNA – Mantan narapidana kasus terorisme asal Kabupaten Tojo Una-Una, Rahmad A. Nuti alias Eto Bin Amir Nuti, menyatakan dukungannya kepada Satgas Operasi Madago Raya dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal di daerah tersebut.
Rahmad bebas pada Sabtu, 10 Mei 2025, setelah menjalani hukuman tiga tahun di Lapas Kelas IIB Majalengka, Jawa Barat.
Ia memperoleh pembebasan bersyarat sesuai surat dari Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI, dengan kewajiban melapor setiap minggu ke Lapas Kelas IIB Ampana.
Usai bebas, Rahmad kembali ke kampung halamannya di Kelurahan Malotong, Kecamatan Ampana Kota, untuk menetap bersama istri, anak, dan orang tuanya.
Sebelumnya, saat penangkapan, Rahmad tinggal bersama mertuanya di Desa Toyado, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso. Kini ia membangun kembali rumah pribadinya di Malotong.
Meski belum memiliki pekerjaan tetap, Rahmad berusaha mandiri. Ia pernah membantu ayahnya mengerjakan proyek rehabilitasi pengecatan kantor Dukcapil Tojo Una-Una. Saat ini, ia bekerja sebagai karyawan pengisian BBM jenis pertalite yang diperoleh dari SPBU Bailo dengan menggunakan jerigen.
Pertalite itu merupakan milik simpatisan bernama Ismail Lamadjido alias Mail. Sementara istrinya turut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan di lokasi wisata Permandian Malotong yang tak jauh dari rumah orang tuanya.
Saat ditemui, Rahmad menegaskan tidak akan kembali terlibat aksi terorisme.
“Kalau ada yang memengaruhi saya untuk kembali melakukan tindakan terorisme atau intoleransi, saya tidak mau lagi. Dari pengalaman, itu hanya merugikan diri sendiri dan keluarga,” ujarnya.
Rahmad mengaku telah melakukan ikrar setia kepada NKRI saat masih berada di Lapas Kelas IIB Majalengka.
Ia juga bersama sejumlah eks napiter asal Tojo Una-Una, yakni Idul Saputra alias Abu Jafar dan Rafiq Wahyudin alias Tolha, dijadwalkan mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025 yang digelar Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una.
Lebih jauh, Rahmad berkomitmen mendukung aparat keamanan dengan cara memantau pergerakan simpatisan maupun kelompok radikal yang mencurigakan dan berpotensi mengarah pada tindakan terorisme di wilayah Tojo Una-Una.
Rahmad yang sebelumnya terlibat jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) itu menegaskan dirinya kini menyesali perbuatan masa lalu. “Sekarang saya hanya ingin fokus bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya. ***