SIGI – Lingkungan sekolah menjadi tempat pembelajaran dan juga sosialisasi bagi para siswa untuk saling mengenal, namun terkadang tanpa di sadari lingkup sekolah dijadikan tempat perundungan (billying), bagi sejumlah pelajar pada pelajar lain, yang menganggap dirinya lebih senior atau lainnya.
Ketua Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) kabupaten Sigi Sofiyan Nur mengatakan, yang lebih berbahaya lagi bila hal itu masuk dalam norma-norma yang berbau sara, dan tentunya hal tersebut tidak di inginkan bersama.
Terkait hal itu, FKUB Sigi kata Sofiyan mencoba masuk ke skolah – sekolah melakukan sosialisasi penguatan terhadap pelajar terkait toleransi terhadap kehidupan masyarakat. “Memberi pemahaman terhadap pelajar terkait toleransi maupun moderasi sangat penting, karena hal ini akan menjadi pelajaran untuk diketahui agar tidak melakukan hal-hal seperti perundungan,” kata Sofiyan, kepada media ini, Selasa (12/8).
Dia menambahkan, berdasarkan pantauan di beberapa sekolah yang dilakukan oleh FKUB Sigi dalam pelaksanaan sosialisasi, masih banyak pelajar belum memahami apa itu tindak kekerasan. Tentunya hal ini kata Sofiyan sangat rentan, akan terjadinya perundungan maupun tindak kekerasan lainnya seperti perkelahian antar pelajar.
“Di tingkat pelajar SMA hanya sebagian kecil yang memahami tindakan-tindakan kekerasan itu sangat tidak dibolehkan, sehingga sangat perlu diberikan pendidikan karakter bagi siswa dan penguatan dan bila perlu terjadwalkan,” harapnya.
Sofiyan menambahkan bahwa, pihaknya siap bekerja sama dengan pihak sekolah maupun lembaga manapun untuk melakukan sosialisasi pada pelajar, terkait penguatan harmonisasi dan tindakan anarkis dalam moderasi beragama.
“Pengaruh lingkungan yang negatif juga sangat rentan bagi generasi muda khususnya pelajar, sehingga perlu dibekali hal-hal yang positif, sebab mereka adalah generasi masa depan bangsa,” harapnya.