SIGI – Tokoh masyarakat Sigi sekaligus Bupati dua periode 2016–2021 dan 2021-2024 Mohamad Irwan Lapatta, mengajak generasi muda untuk membangun solidaritas dan kemandirian melalui seni. Ajakan itu disampaikannya dalam kegiatan bertajuk BOSARA (Bongi Mposarara) yang digelar DPC PAPPRI Kabupaten Sigi bersama pemuda Desa Lolu dan Mpanau, , di RTH Taman Likuifaksi, Kecamatan Sigi Biromaru, Sabtu (3/8) malam.
Bertindak sebagai narasumber dalam talkshow bertema “Pemuda Kreatif: Bergerak, Bertumbuh, dan Berdampak”, Irwan menekankan pentingnya kemandirian dan keberanian pemuda dalam berkarya, tanpa menunggu bantuan negara.
“Kegiatan ini adalah bentuk keberanian yang jarang. Pemerintah memang jembatan, tapi kita tak bisa terus bergantung. Saya salut kepada pemuda yang menginisiasi acara ini secara mandiri,” kata Irwan.
Irwan juga menyoroti urgensi membangun ruang-ruang seni sebagai wadah kreatif dan perekat sosial. Ia menekankan bahwa seni bukan sekadar hiburan, melainkan medium pembentukan karakter, solidaritas, dan kesadaran kolektif.
“Tanpa persatuan, acara seperti ini tak akan mungkin terjadi. Sejarah gerakan pemuda sejak 1908 menunjukkan bahwa dari ruang-ruang kecil, lahir kesadaran besar. Semua berawal dari keberanian, bukan materi,” ujarnya.
Irwan menegaskan bahwa seni di Sigi tak boleh terkotak dalam batas administratif.
“Biromaru, Dolo, Marawola, Kulawi, Palolo—semua itu Sigi. Kita perlu melebur sebagai kekuatan kolektif.
Irwan menyebut, selama menjabat ia telah membangun sekretariat dan studio rekaman untuk mendukung seniman lokal. Ia berharap infrastruktur itu terus dimanfaatkan dan dikembangkan, agar seni menjadi jalan kemandirian ekonomi bagi pemuda.
“Saya ingin studio rekaman kita dilengkapi alat modern dan tradisional. Ini ruang agar seniman berkarya dan mandiri. Saya yakin Bupati Rizal dan Wabup Samuel mampu melanjutkan upaya ini,” harapnya.
Tak hanya itu, Irwan menekankan pentingnya mengoptimalkan fasilitas publik seperti Taman Likuifaksi, Taman Taiganja, dan Waterboom Kabobona sebagai pusat aktivitas seni, budaya, dan UMKM berbasis pariwisata.
Di akhir paparannya, Irwan menggarisbawahi tiga fase penting dalam gerakan pemuda: bergerak, bertumbuh, dan bermanfaat.
“Bergerak penting, tapi jangan berhenti di situ. Bertumbuh dan bermanfaat bagi orang lain adalah tujuan utama. Jangan takut miskin, jangan gentar menghadapi tantangan. Hidup memang harus diperjuangkan,” pungkasnya.
Ketua DPC PAPPRI Sigi, Yudhi Nugraha, menjelaskan bahwa BOSARA merupakan singkatan dari Bongi Mposarara, yang berarti malam penuh persaudaraan.
“Kegiatan ini adalah ruang ekspresi, hiburan, dan silaturahmi lintas pemuda. Kami ingin ruang publik benar-benar hidup, menjadi tempat tumbuhnya karya dan solidaritas,” ujar Yudhi.
Ia menambahkan, kehadiran BOSARA diharapkan dapat membangun kesadaran kolektif pemuda untuk menjaga dan menghidupkan fasilitas umum yang telah dibangun pemerintah.
“Jangan biarkan ruang publik jadi bangunan mati. Jadikan tempat ini sumber semangat dan inspirasi,” tutup Yudhi.