POSO — Dampak gempabumi bermagnitudo 6.0 yang mengguncang wilayah Pamona Tenggara dan Pamona Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis malam (24/7), mulai teridentifikasi. Data terbaru mencatat ratusan rumah rusak dan ribuan warga masih bertahan di pengungsian, di tengah ancaman gempa susulan dan keterbatasan logistik.
Desa Tindoli di Kecamatan Pamona Tenggara menjadi wilayah terdampak paling parah. Sedikitnya 70 rumah rusak ringan, 10 rumah rusak berat, satu bangunan gereja, dan satu sekolah Taman Kanak-kanak mengalami kerusakan akibat guncangan kuat semalam.
Tak jauh dari lokasi tersebut, Desa Tokilo melaporkan 4 rumah rusak berat dan 21 rumah rusak ringan. Sementara Desa Tolambo masih dalam proses pendataan kerusakan, meski dilaporkan juga mengalami dampak signifikan.
Di Kecamatan Pamona Selatan, satu rumah di Desa Pendolo mengalami rusak ringan.
Korban dan Pengungsi
Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan empat warga mengalami luka ringan, masing-masing dua orang dari Desa Tindoli dan dua dari Desa Tolambo.
Total jumlah pengungsi hingga pagi ini tercatat sebanyak 2.011 jiwa yang tersebar di tiga desa terdampak:
- Tokilo: 596 jiwa (184 KK)
- Tindoli: 887 jiwa (266 KK)
- Tolambo: 528 jiwa (159 KK)
Pengungsi terdiri dari kelompok rentan, termasuk balita, lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Banyak dari mereka masih tinggal di tenda-tenda darurat yang didirikan di halaman rumah atau lokasi lapang terdekat.
Logistik Terbatas, Warga Butuh Bantuan Mendesak
Hingga Jumat pagi (25/7), petugas BPBD Kabupaten Poso bersama aparat desa dan relawan telah mendirikan tenda pengungsi, melakukan evakuasi, dan pendataan warga terdampak. Namun kebutuhan mendesak di lapangan masih tinggi, antara lain:
- Tenda tambahan
- Genset dan light tower
- Alas tidur, selimut, dan terpal
- Makanan siap saji
- Perlengkapan bayi
- Obat-obatan dan layanan kesehatan
“Kami sudah melakukan assessment, evakuasi, dan mendirikan tenda pengungsi. Namun gempa susulan masih terus terjadi, dan warga memilih bertahan di pengungsian,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sulteng, Akris Fattah Yunus, dalam laporan resmi.
Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pusdalops BPBD Sulteng terus berada di lokasi untuk memantau perkembangan dan mempercepat penanganan darurat. BPBD Provinsi juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat serta instansi terkait untuk memastikan bantuan segera tersalurkan.
Masyarakat diminta tetap waspada, mengingat potensi gempa susulan masih cukup tinggi. Aparat desa juga mengimbau warga untuk tidak kembali ke rumah sebelum ada kepastian kondisi aman.***