MORWALI – PT Vale Indonesia Tbk sebagai bagian Mining Industry Indonesia (MIND ID) terus berupaya meningkatkan efisiensi operasional dan memastikan keberlanjutan bisnis tambang nikel di wilayah operasionalnya.
Melalui Indonesia Growth Project (IGP) Morowali, PT Vale telah memulai fase konstruksi pembangunan infrastruktur.
“Penyelesaian konstruksi ditargetkan selesai pada September 2025,” ujar Wafir, Head of Bahodopi Project PT Vale IGP Morowali, belum lama ini.
Wafir mengatakan, terhitung Mei 2025, progres pembangunan infrastruktur proyek telah mencapai 81 persen, meliputi pelabuhan, akses jalan, fasilitas perkantoran, workshop & office compound (WOC), pusat persemaian (nursery), dan infrastruktur lingkungan lainnya.
“Sebagai informasi, kami juga telah resmi memulai tahapan operasional pada proyek IGP Morowali sejak 17 April 2025, kami memulai lebih cepat sembari menyelesaikan tahapan konstruksi,” katanya.
Saat ini, kata dia, yang tengah dikerjakan adalah pembangunan pelabuhan (onshore dan offshore), fasilitas perkantoran, pusat persemaian (nursery), infrastruktur tambang (jalan tambang), kolam sedimen (sedimen pond), workshop office compound (WOC)) jembatan layang (overpass), dormitory dan lainnya.
Lebih lanjut Wafir mengatakan, proyek ini merupakan bagian dari upaya besar PT Vale untuk memperkuat posisi sebagai perusahaan tambang nikel terkemuka di Indonesia.
Menurutnya, dengan kapasitas produksi yang besar dan integrasi tambang limonit dan saprolit, proyek ini mencerminkan komitmen terhadap keberlanjutan, efisiensi, dan nilai tambah bagi sektor tambang nikel Indonesia.
Menurutnya, IGP Morowali akan menjadi pabrik RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) pertama di Indonesia yang didukung pembangkit listrik tenaga gas, dengan kapasitas hingga 500 megawatt (MW).
“Smelter di IGP Morowali akan berproduksi dengan kapasitas hingga 73 ribu ton nikel per tahun,” tutup Wafir.
IGP Morowali sendiri merupakan proyek penambangan dan pengolahan nikel terintegrasi yang dikelola oleh PT Vale Indonesia dengan nilai investasi mencapai Rp 37,5 triliun.
Lokasinya terletak di Bungku Timur. Bijih nikel dari penambangan kemudian diolah pada fasilitas pengolahan berteknologi RKEF di Desa Sambalagi.
Pabrik RKEF ini merupakan kerja sama PT Vale dengan Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
RKEF sendiri adalah metode pengolahan bijih nikel yang menggunakan energi listrik untuk menghasilkan suhu tinggi guna memproses bijih menjadi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kadar nikel sekitar 10%.
IGP Morowali akan menjadi proyek pengembangan kedua PT Vale yang diresmikan, setelah Proyek Pomalaa yang telah diresmikan pada November 2022 lalu. (RIFAY)