PALU- Media massa memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk opini publik dan menginspirasi masyarakat menuju kemajuan. Dengan menyalurkan informasi dan menjadi ruang diskusi, media massa juga mampu mendorong pembangunan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
“Sebagai saluran diskusi dan konsumsi publik, media massa bisa membawa pesan dan semangat positif,” ujar pakar komunikasi dan pengajar di Universitas Tadulako, Dr. Achmad Herman pada sesi diskusi Musyawarah Daerah Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Tengah, di Palu, Sabtu (17/5).
Potensi dan kontribusi media massa sebagai agen of social change semakin terbuka lebar. Apalagi, menurut Herman, konten-konten informatif dan mendidik kini mudah diakses. Terutama, karena perkembangan teknologi digital memungkinkan masyarakat mengakses informasi lebih mudah dan cepat.
Peran dan kontribusi tersebut juga semakin relevan untuk diperhatikan para jurnalis mengingat penyebaran hoaks fake news bahkan manipulasi informasi banyak tersebar akibat penyalahgunaan media sosial.
“Benar sekali jika dikatakan bahwa jurnalis harus melakukan verifikasi, verifikasi, dan verifikasi,” tegas Herman sambil mengutip pengantar disampaikan Abdee Mary sebagai moderator diskusi. Dalam ajaran Islam dianutnya, menurut Herman, kita mengenal istilah tabayyun, bahwa setiap informasi harus diperiksa dulu kebenarannya.
Sebab, informasi keliru terlanjur disebarkan bisa memberi pengaruh buruk pada masyarakat. Dalam konteks industri pada suatu wilayah misalnya, kerja jurnalistik tidak memperhatikan kekuatan media massa dalam mengubah cara pandang masyarakat dapat mengakibatkan gerak pembangunan mengalami hambatan.
Itu sebabnya, ia menyarankan media massa banyak membangun kolaborasi diarahkan untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, kolaborasi dengan dunia industri banyak berinvestasi di suatu wilayah.
Herman memberi contoh perihal industri kelapa sawit, banyak beroperasi di Sulawesi Tengah. Menurutnya, banyak kegiatan dan dampak positif kehadiran perusahaan sawit terhadap masyarakat.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) diperoleh, ia menyebutkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi nyata bagi kemajuan wilayah. Daerah ada industri sawit menjadi lebih berkembang secara signifikan mengingat kontribusinya terhadap PDRB (Produk Domestik regional bruto).
“Daerah penghasil sawit seperti Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalimantan memiliki PDRB lebih tinggi dibanding provinsi tidak ada sawitnya,” katanya mengutip data dari Gapki.
Tidak hanya di tingkat regional, kontribusi industri sawit juga bisa dirasakan secara nasional. Pada 2021, industri kelapa sawit memberikan kontribusi penerimaan devisi negara sebesar US$36 miliar.
Fakta-fakta sudah ada di lapangan tersebut, menurut Herman, bisa dijadikan konten oleh media massa untuk menginspirasi masyarakat dan mendorong pembangunan lebih jauh lagi.
Meskipun di tengah badai tengah menimpa industri media, idealisme jurnalis dalam menerapkan jurnalisme konstruktif justru menunjukkan peran dalam membantu menyelamatkan ekonomi negeri. Dengan dukungan media massa terinspirasi dan memiliki semangat pembangunan, industri dapat berkontribusi positif lebih jauh lagi bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
REPORTER :**/IKRAM