AMPANA- Aliansi masyarakat Tojo Barat menolak investasi perkebunan kelapa sawit Desa Ngawira dan Desa Matako, Kecamatan Tojo Barat,Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi tengah.

Pihaknya mendesak Bupati Tojo Una-una untuk tidak memaksakan perkebunan sawit masuk di Kecamatan Tojo Barat, sebab berdampak konflik agraria dan ekologis.

Penolakan tersebut disampaikan oleh aliansi masyarakat Tojo Barat  usai sosialisasi dilakukan oleh
Pemerintah kabupaten melalui asisten II, camat Ampana Tete, camat Tojo dan camat Tojo Barat.

Dalam sosialisasi tersebut perusahaan diwakili oleh Camat Ampana Tete Asrin, mengatakan jika perusahaan telah mengajukan izin ke kementrian dan diberikan waktu enam bulan tapi tidak mengetahui luasan, lokasi dan nama  perusahaannya.

Asrin menyebutkan pabrik sawit  dibangun di Ampana Tete dan Ulubongka estimasi lahan sekitar 25.000 ha. Pabrik bio disel direncanakan akan dipangun tiga tahun kedepan diatas lahan 80 ha.

Asrin bahkan memberikan gambaran daerah-daerah ditanami sawit seperti Kalimantan, di Toili masyarakatnya tidak susah lagi sebab ada sistem plasma,setiap bulannya pendapatannya bisa capai Rp4-5 juta, sehingga biaya sekolah tidak sulit lagi,meskipun dampak bencana ekologis lingkungan dari penanaman sawit ada, tapi tak berlangsung lama.

Menyikapi sosialisasi tersebut, Koordinator Aliansi Masyarakat Tojo Barat Menolak perkebunan sawit Irwan Suge mengatakan, kegiatan sosialisasi tersebut tidak layak dilakukan oleh seorang aparatur sipil negara (ASN) mewakili perusahaan.

“Sosialisasi ini hanya bentuk akal-akalan pemerintah dan perusahaan untuk mendapatkan kemudahan mengelola tanah di wilayah Tojo Barat. Dibeberapa tempat terdapat perkebunan sawit rawan terjadi persoalan konflik agraria, antara masyarakat dan perusahaan, bahkan terjadi bencana ekologis,” tuturnya.

Menurut penilaian pihaknya, penetapan kabupaten Tojo Una una sebagai daerah pengembangan perkebunan sawit harus dilihat melalui pengkajian matang. Jangan sampai ada upaya upaya “pemaksaan.”

“Pasalnya wilayah kecamatan Tojo Barat merupakan daerah pertanian dan perkebunan sangat subur, potensi kelapa, coklat, alpokat, durian montong, dan tanaman komoditas lain sangat potensial dikembangkan serta telah memberikan dampak ekonomi sangat baik bagi masyarakat, apa lagi semua tanaman tersebut memiliki nilai pasar sangat tinggi,” ujarnya.

Lebih lanjut kata Irwan,sawit ditanam wilayah pegunungan mengancam ekosistem dan ketersediaan air menopang ribuan hektare (ha) lahan kebun dan  masyarakat.

“Pemerintah wajib mengembangkan perkebunan kelapa mencapai 64 persen dari sektor perkebunan termuat dalam rencana tata ruang wilayah  dan sekaligus ikon logo pemerintah daerah Tojouna-una,” bebernya.

REPORTER : IKRAM