Jakarta – Gelaran hari kedua Indonesia Prison Products and Art Festival (IPPAFest) 2025 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/4), berlangsung semarak. Di antara puluhan stan yang menampilkan karya kreatif warga binaan dari seluruh Indonesia, stan milik Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sulawesi Tengah (Ditjenpas Sulteng) tampil mencolok dan menjadi magnet pengunjung.

Beragam produk unggulan hasil pembinaan warga binaan dipamerkan, mulai dari bawang goreng, abon, air minum kemasan ‘Moiko’, hingga kerajinan tangan khas daerah seperti papan catur dari tempurung kelapa dan parang hias khas Lapas Leok laris manis diborong pengunjung. Produk-produk tersebut tak hanya menarik perhatian masyarakat umum, tetapi juga sejumlah pejabat tinggi negara.

Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Agus Andrianto, menjadi salah satu tokoh secara langsung mengapresiasi karya warga binaan Sulteng. Ia terpukau dengan kualitas air minum kemasan ‘Moiko’, produk hasil pembinaan Lapas Kolonodale. Menurutnya, selain memiliki kemasan modern, rasa airnya juga segar dan layak bersaing di pasaran umum.

“Produk seperti ini membuktikan bahwa pembinaan di dalam lapas bukan sekadar rutinitas, tetapi benar-benar menciptakan karya berdaya saing,” ujar Agus usai mengunjungi stan.

Tak hanya itu, Ny. Evi Andriato selaku istri Menteri Imipas juga turut memborong produk warga binaan. Ia membeli papan catur lipat unik berbahan dasar tempurung kelapa buatan Lapas Toli-Toli. “Detailnya sangat rapi dan memiliki nilai seni tinggi. Saya bangga bisa membawanya pulang,” tuturnya.

Sementara, parang hias buatan Lapas Leok juga berhasil menarik perhatian kolektor dan pengunjung. Salah satunya diboyong oleh Staf Ahli Bidang Penguatan Reformasi Birokrasi, Ida Asep Somara, mengapresiasi nilai budaya dan kualitas kerajinan tangan tersebut.

Kepala Kanwil Ditjenpas Sulteng, Bagus Kurniawan, mengaku bangga atas capaian ini. Menurutnya, keberhasilan stan Sulteng di IPPAFest 2025 adalah hasil kerja kolektif dan dedikasi seluruh jajaran dalam membina kemandirian warga binaan.

“Kami tidak hanya bangga karena produk kami habis terjual, tapi lebih dari itu—karena masyarakat kini bisa melihat langsung bahwa di balik tembok pemasyarakatan, ada potensi besar  tengah dibina dan siap diberdayakan,” ujarnya.

Bagus juga menambahkan bahwa IPPAFest menjadi momentum penting dalam menumbuhkan semangat baru bagi warga binaan. “Ini bukan akhir, melainkan awal untuk menunjukkan bahwa perubahan itu nyata dan bisa diterima masyarakat,” katanya.

IPPAFest 2025 kembali menjadi bukti bahwa kreativitas, produktivitas, dan semangat perubahan mampu tumbuh subur di balik dinding pemasyarakatan. Festival ini menghadirkan panggung apresiasi bagi karya warga binaan dari seluruh Indonesia, sekaligus mengukuhkan bahwa masa depan mereka tidak ditentukan oleh masa lalu, tetapi oleh usaha dan kesempatan.

REPORTER : **/IKRAM