SIGI – Yayasan Kehati dan Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) memperingati Hari Bumi dengan menanam pohon cendana di Taman Hutan Raya (Tahura) Kapopo.

Kegiatan juga dirangkai dengan focus group discussion inventarisasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang dilaksanakan untuk mengintegrasikan pengelolaan darat dan laut terpadu.

Kegiatan penanaman pohon cendana diikuti perwakilan Desa Ngata Baru, Loru, Kelurahan Poboya dan Kawatuna.

“Pohon cendana menjadi pilihan untuk ditanami karena sejarah pembentukkan kawasan konservasi utamanya di Tahura. Pohon cendana merupakan ikon konservasi yang tumbuh di Tahura Kapopo,” kata Edy Sitorus selaku Kepala Tahura Kapopo.

Ia berharap, penanaman pohon cendana dapat memberikan manfaat ekologis dan menjadi wujud komitmen untuk menjaga lingkungan dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Selain itu juga diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih seimbang dan berkelanjutan untuk generasi mendatang, sesuai dengan tagline Tahura Kapopo “Hijaukan Bumi Birukan Langit”.

Urib selaku Koordinator Program dari ROA, menyampaikan, momentum Hari Bumi menjadi salah satu pintu masuk dalam memulai menjalankan program pengelolaan lanskap darat dan laut terpadu melalui proyek SOLUSI.

“SOLUSI mendukung upaya dalam mengatasi degradasi lahan dan bentang laut dengan meningkatkan ketahanan ekosistem dan mendorong mata pencaharian yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim,” ujar Urib.

Ia menyebutkan, yang dilakukan berupa pelestarian keanekaragaman hayati, keberlanjutan yang mendorong praktik-praktik berkelanjutan untuk memastikan kesehatan jangka panjang ekosistem dan masyarakat.

Selain itu, mendukung penelitian ilmiah untuk lebih memahami ekosistem, spesies dan ancaman yang dihadapi dan solusi inovatif untuk tantangan konservasi. Termasuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap ekosistem melalui strategi adaptasi dan mitigasi.

“Kawasan Tahura menjadi salah satu wilayah kerja kami dimana fungsi utamanya adalah pelestarian hutan konservasi yang ditujukan sebagai laboratorium alam untuk koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian, menunjang budidaya dan budaya,” ungkapnya. *