PALU – Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Anwar Hafid, mengungkapkan kekagumannya yang mendalam terhadap sosok Guru Tua atau Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri, yang dianggapnya sebagai tokoh besar pencerdas dan pencerah masyarakat khususnya di Indonesia Timur.
Dalam wawancara bersama media ini baru-baru ini, Gubernur Sulteng mengisahkan pengalamannya secara pribadi yang tumbuh dari lembaga pendidikan yang didirikan oleh Guru Tua.
“Saya pernah belajar di Madrasah Diniyah Awaliyah. Dari situlah bekal hidup saya bermula hingga bisa berada di titik ini,” ungkap Anwar Hafid.
Gubernur Sulteng mengaku, sangat merasakan arti Guru Tua, di mana sosoknya merupakan orang yang sangat mencerahkan dan telah mencerdaskan.
“Saya sudah mengalami dalam kehidupan pribadi saya dengan lembaga yang didirikan oleh Guru Tua. Saya pernah belajar di Madrasah Dini Awaliyah dan karena bekal itulah saya sampai di titik ini,” ungkap Anwar Hafid.
Dia mengatakan, MDA Guru Tua ini tidak hanya mengajarkan kita untuk bisa membaca Alquran tetapi ada hal yang lebih efisiensi yaitu adab.
“Jadi di Madrasah Dini Awaliyah itu bukan sekedar ilmu membaca Alquran atau ilmu nahwu dan seterusnya, tetapi di situ yang diajarkan adab,” katanya.
Menurutnya, hal itulah yang menjadi salah satu ciri khas lembaga Guru Tua, sehingga siapapun yang pernah belajar di lembaga yang didirikan oleh Guru Tua pasti mereka akan merasakan, di mana begitu besar cita-cita Guru Tua untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dan membuat masyarakat itu beradab.
“Itulah dua hal yang yang sampai ini saya lihat ada pada sosok Guru Tua,” tambahhnya.
Anwar Hafid juga mengenang kedekatan keluarganya dengan Guru Tua sejak masa ia masih dalam kandungan.
“Guru Tua tiba di Bungku saat ayah saya masih menjadi kepala desa. Beliau menyerahkan tongkat estafet dakwah dan pendidikan, dan ayah saya salah satu penerimanya. Saya lahir dan besar dalam naungan Alkhairaat,” ucap Anwar Hafid penuh haru.
Ia mengatakan, ketika saat itu beranjak besar, ia melihat ayahnya mengurusi Alkhairaat dan melihat zuriyat Guru Tua itu.
“Kalau ke Bungku selalu bersama ayah. Nah itulah yang membuatnya dan dan peran Alkhairaat di daerah Sulteng dan khususnya di Indonesia Timur itu sangat besar dalam bidang pendidikan,” katanya.
Karena ia melihat tidak ada sosok seperti Guru Tua yang mendirikan perguruan ini dengan modal keberanian. Hanya orang beranilah yang bisa melahirkan sekolah-sekolah sebanyak 400 lebih dengan segala keterbatasan Guru Tua.
“Dengan jalan kekurangan beliau, kekurangan material, kekurangan infrastruktur tetapi pendidikan Guru Tua berhasil melahirkan lembaga pendidikan sebanyak itu. Ini sangat langka,” ungkapnya.
Menurutnya, Pemprov saja dengan menggunakan APBD tidak bisa melahirkan sekolah sebanyak itu, tetapi Guru Tua dengan dengan kemandiriannya dan keikhlasan yang ikhlasnya dan ilmunya sudah sangat berhasil.
Di mata seorang Gubernur Sulteng ini, Guru Tua adalah figur istimewa bagi masyarakat Sulawesi Tengah dan Indonesia Timur.
“Beliau bukan hanya mendidik tetapi juga menanamkan adab dan membentuk peradaban. Itu yang membuatnya abadi dalam hati masyarakat,” tutup gubernur.
Reporter: Irma/Editor: Nanang