Ramadhan adalah bulan kesabaran dalam beribadah dan menahan godaan. Pahala kesabaran itu tidak lain dan bukan adalah surga.

Ramadhan juga bulan untuk menunjukkan sikap simpati, empati, solidaritas dan seterusnya. Itu juga sebabnya di Bulan Ramadhan rezeki orang mukmin bertambah.

Inilah beberapa makna yang agung dari Ramadhan. Intinya, ada buah yang diharapkan setiap Muslim begitu keluar dari madrasah Ramadhan, sang bulan utama, setelah ia mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk menyambut kedatangannya laksana menyambut tamu yang mulia dan telah lama menunggu, serta “menanggapi” sang tamu dengan bermacam ibadah dan kebajikan (suluk) dengan khusyuk dan ikhlas.

Sejak memasuki madrasah yang mulia ini, setiap Muslim menjinakkan dirinya untuk berpuasa, salat malam (tarawih), dan beramal saleh lainnya (di siang hari). Ganjaran akan ditulis bahkan ketika Muslim baru meniatkan amal-amal saleh ini.

Begitupun ketika seseorang menyiapkan dirinya untuk membersihkan dari keburukan dosa, dengan pertama-tama meniatkan diri untuk melakukan hal itu, kemudian secara konsisten mengimplementasikannya dalam praktik (suluk) selama Ramadhan, sehingga selama sebulan penuh ia tidak menjadi lalai, tetapi khusyuk.

Maka berbahagialah orang beriman yang diberi berkesempatan bertemu dengan Ramadhan. Bulan ini, setiap Muslim ditempa dan dididik untuk menjadi insan mulia. Segala puji bagi Allah SWT, kita sudah memasuki hari ke tujuh  dari sebulan lamanya jam pelajaran madrasah Ramadhan.

Mereka yang bersungguh-sungguh mengisi waktu Ramadhan dengan berbagai ibadah wajib dan sunah, disertai ilmunya, penuh ikhlas, akan terus naik kelas kemuliaan, meraih prestasi spiritual, dan menikmati lezatnya buah ketakwaan.

Jika direnungi lebih mendalam, ada banyak mata pelajaran penting dalam madrasah Ramadhan.

Pertama, pelajaran keikhlasan. Hanya ikhlas yang membawa pada suasana hati riang gembira menjalankan ibadah jasmani yang melelahkan tersebut. Membuat ibadah yang terkesan memberatkan ini sangat ringan dan menyenangkan.

Adakah yang tahu apakah kita sedang beribadah shaum atau tidak? Hanya kita dan Allah SWT yang mengetahuinya.

Tetapi, hebatnya, dengan ju jur kita berusaha sekuat tenaga bertahan dari berbagai godaan untuk berbuka, membatalkan ibadah hingga waktunya tiba.Pelajaran kejujuran yang luar biasa.Ihsan yang nyata, keyakinan diri bahwa Allah SWT selalu bersama kita walau pancaindra ini tak sanggup mengetahuinya.

Mata pelajaran selanjutnya adalah menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan dan menghilangkan nilai shaum. Haus dan lapar itu jangan sampai sia-sia. Menjadi benteng dari api neraka.

“Puasa itu bagaimana benteng (yang mencegah) dari api neraka, seperti benteng (perisai) yang (mencegah kalian) dari pembunuhan”. (HR Ahmad).

Shaum merupakan ibadah yang tak ada bandingannya. Sahabat Rasulullah SAW, Abu Umamah al-Bahili RA, berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, suruhlah aku mengerjakan suatu perbuatan yang semoga dengan per buatan itu Allah memberikan manfaatnya kepadaku’, Rasul lalu berkata kepadanya: Kamu mesti shaum, sesungguhnya shaum itu tiada ada yang sebanding dengannya” (HR an-Nasa’i).

Dari shaum kita belajar tentang keadilan.Adil pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan Allah SWT. Adil pada diri sendiri, di kala waktunya tiba berbuka, segeralah berbuka.

Sungguh Ramadhan merupakan madrasah yang penuh keutamaan di dunia dan akhirat. Hanya orang beriman yang sanggup menunaikan tugas pendidikan diri yang luar biasa ini. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)