DONGGALA – Perubahan iklim dinilai dapat mengakibatkan degradasi lahan, kelangkaan sumber daya, dan gagal panen.
Hal ini membawa dampak kerentanan sosial-ekonomi khususnya pada perempuan dan kelompok rentain lainya di wilayah perubahan iklim.
Padahal, untuk mewujudkan transisi hijau yang adil dan inklusif, penting memastikan perempuan dan kelompok rentan tidak tertinggal. Posisi perempuan pun semakin sulit karena minimnya perlindungan dalam konteks krisis iklim.
Berkaitan hal tersebut, Yayasan Merah Putih (YMP) Sulawesi Tengah (Sulteng), menggelar seminar sehari tentang perubahan iklim berkeadilan gender pada level kabupaten.
Seminar yang diikuti 20 peserta dari berbagai organisasi ini di gelar di ruang Kasiromu, Kantor bupati Donggala, Senin (24/02).
Koordinator Program YMP, Ferra Rifani Nusa, mengatakan, tujuan seminar tersebut memastikan bagamaina semua kelompok masyarakat, termasuk perempuan dan kelompok rentan memiliki akses yang setara terhadap solusi mitigasi dan adaptasi.
“Perubahan iklim merupakan tantangan global yang berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk lingkungan sosial dan ekonomi. Seringkali mengalami dampak adalah perempuan,” katanya.
Ferra menambahkan, pemerintah kabupaten memiliki peran kunci dalamenyusunnkebijakan yang responsif terhadap perubahan iklim.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan sosialisasi peningkatan kapasitas pememagku kepentingan di kabupaten dalam memahami keterkaitan perubahan iklim dan keadilan gender.
“Melalui seminar ini diharapakan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya, akademisi, organisasi masyarakat sipil, serta komunitas lokal dapat mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan aksi iklim di daerahnya,” kata Ferra.
Sementara itu, Direktur YMP, Amran Tambaru, berharap, dengan seminar ini ada peningkatan pengetahuan dan pemahaman para pihak di level di kabupaten terkait isu perubahan iklim yang berkeadilan gender.
Seminar ini dibuka oleh Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Donggala, Rustam Efendi, menghadirkan narasumber Abdul Rauf, akademisi ahli iklim dari Untad dan Gisella Tellys dari Yayasan IPAS Indonesia. Moderator Azmi Sirajudin dari Yayasan Ekonesia. *