PALU- Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 November 2024 menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, meski ada peningkatan risiko geopolitik global yang signifikan.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, kepada sejumlah media, Sabtu (14/12).

OJK menjelaskan bahwa kemenangan Presiden terpilih Donald Trump dan dominasi Partai Republik di Amerika Serikat diprediksi akan memperburuk tensi perang dagang global.

“Ketidakstabilan geopolitik yang terjadi di berbagai wilayah utama, termasuk di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, turut meningkatkan risiko geopolitik yang dapat mempengaruhi pasar finansial global. Namun, meski demikian, kinerja perekonomian global masih lebih baik dari ekspektasi di banyak negara besar.

Di Amerika Serikat, indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik mengalami penguatan, yang menyebabkan tekanan inflasi meningkat,” jelasnya.

Sementara itu, kinerja sektor produksi di Tiongkok mencatatkan peningkatan meski permintaan global terus menurun. Kondisi serupa juga terlihat di Eropa yang menunjukkan indikator ekonomi yang membaik. Perkembangan ini diprediksi akan membuat bank sentral global lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya, dengan ekspektasi tingkat suku bunga kebijakan yang lebih tinggi. Implikasinya, investor berpotensi menarik dana dari pasar negara berkembang, yang berisiko melemahkan pasar saham, obligasi, dan nilai tukar di negara-negara tersebut, termasuk Indonesia.

Di sisi domestik, ekonomi Indonesia tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen secara tahunan, dengan pertumbuhan kumulatif dari triwulan I hingga III mencapai 5,03 persen. OJK memperkirakan bahwa Indonesia masih dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen untuk tahun 2024. Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III juga mencatatkan surplus, yang menunjukkan ketahanan eksternal negara tetap terjaga. Selain itu, inflasi juga terkendali dengan baik, terutama inflasi pangan yang terus menurun.

Namun, dia menambahkan, perlu dicermati perkembangan PMI manufaktur yang berada di zona kontraksi, serta terus melemahnya indikator-indikator permintaan seperti penurunan penjualan ritel, kendaraan bermotor, dan rendahnya indeks kepercayaan konsumen. OJK terus memantau dengan seksama dinamika ini guna menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan perekonomian Indonesia ke depan.

Reporter: ***/Irma