Undang-Undang Dasar 1945 dalam pembukaannya menyebut, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

“Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Kalimat inilah yang menjadi kunci dan sumber utama diraihnya kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga terlepas dari belenggu penjajah.

Rahmat secara bahasa artinya nikmat, kebaikan, karunia, kasih sayang, pahala.

Salman Syarifuddin Al-Hafidz, dalam “Terminologi Rahmat Dalam Al-Quran” menyebutkan, rahmat berasal dari akar kata rahima-yarhamu-rahmat. Di dalam berbagai bentuknya, kata ini terulang sebanyak 338 kali di dalam Al-Quran.

Maka, rahmat Allah tidak lain adalah kebaikan dan kasih sayang, semata-mata dari Allah.

Allah menyebutkan di dalam ayat yang artinya: “Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).” (Q.S. An-Nur [24]: 14).

Demikian halnya, rahmat Allah berupa kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajahan. Bagaimana yang sebelumnya serba terjajah, baik fisik, material maupun wilayah. Kini berhasil merdeka atas Kuasa-Nya.

Diharapkan, setelah itu diisi dengan pembangunan sesuai ketentuan-Nya, yang telah memberikan kemerdekaan itu. Sehingga dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah.

Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “….. negeri yang baik dan [Tuhanmu] adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (Q.S. Saba [34]: 15).

Namun ayat tersebut masih berlanjut, jika kufur, mengingkari segala rahmat, karunia Allah, maka yang akan terjadi adalah ujian, malapetaka bahkan azab dari Allah.

Ayat selanjutnya menyatakan: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (16) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab [yang demikian itu], melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17). (Q.S. Saba [34]: 16-17).

Rahmat kemerdekaan itu sendiri diperoleh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, dengan teriakan takbir “Allahu Akbar”. Para kyai, ustadz, tokoh Islam, dan masyarakat Muslim mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan telah berjuang mengusir penjajah. (Ali Farkhan Tsani/minanews.net)

Mereka sanggup meninggalkan keluarga, harta benda dan fasilitas hidup dan kehidupan demi tercapainya kemerdekaan, serta terpenuhinya hak-hak asasi manusia.

Terwakili dalam teriakan Bung Tomo, yang mengobarkan semangat Jihad para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya kala itu.

Di antara kata-katanya yang terkenal adalah:

Dan kita yakin saudara-saudara!
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!!!

Tentang rahmat Allah berupa kemerdekaan ini, menurut ulama pejuang M. Natsir, bahwa ajaran Islamlah yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk merdeka.

Menurutnya, pada hakikatnya, ajaran Islam itu merupakan suatu revolusi, yaitu revolusi dalam menghapuskan dan menentang tiap-tiap eksploitasi. Apakah eksploitasi itu bernama, kapitalisme, imperialism, kolonialisme komunisme atau fasisme.

Demikianlah semangat kemerdekaan yang hidup dan dibakar dalam jiwa kaum Muslimin di Indonesia. Semenjak berabad-abad, semangat itu menjadi sumber kekuatan bangsa dan semangat itu pulalah yang menghebat dan mendorong bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1945. (Ali Farkhan Tsani/minanews.net)

Prof Buya Hamka menambahkan, tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan suatu bangsa. Sebab pangkal pokok pandangan Islam adalah dua kalimat syahadat.

Menurutnya, akibat dua kalimat syahadat itu bagi kehidupan Islam, sangat besar dan sangat jauh. Karena kalimat itu, tidaklah ada yang mereka sembah, melainkan Allah. Tidak ada peraturan yang mereka akui, atau undang-undang yang mereka junjung tinggi, melainkan peraturan dan undang-undang dari Allah. (Ali Farkhan Tsani/minanews.net)

Cara terbaik mengisi kemerdekaan sebagai wujud mensyukuri rahmat Allah adalah dengan mewujudkan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dengan iman dan takwa itulah akan tercapai barokah, segala kebaikan dan kesejahteraan jiwa raga, dunia akhirat.

Allah mengingatkan di dalam ayat-Nya yang artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 96).

Sungguh kemerdekaan bangsa kita tak akan terwujud tanpa kemurahan dan nikmat Allah SWT.

Karena itu patutlah kita bersyukur karena kita tidak mampu menghitung Nikmat Allah SWT itu. ”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 16: 18).

Memaknai kemerdekaan saat ini maka hanya satu kata yakni bersyukur.  Syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat.

Allah SWT berfirman, ”Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS 14: 7).

Semoga kita dapat menjaga, memelihara dan meningkatkan iman dan takwa sebagai wujud rasa syukur atas 79 tahun kemerdekaan Indonesia. Allahu Akbar! Merdeka!! Wallahua’lam

Rifay (Redaktur Media Alkhairaat)