PALU – Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, menilai, pernyataan Direktur Lalulitas (Dirlantas) Polda Sulawesi Tengah (Sulteng), Kombes Pol Dodi Darjanto kepada jurnalis SCTV Syamsuddin, tidak etis dan arogan.

“Pernyataan oknum polisi tersebut menunjukkan bahwa dia tidak memahami profesi jurnalis,” katanya, saat dihubungi dari Palu, Jumat (19/07).

Hal tersebut disampaikan Rukminto, saat diminta tanggapan terkait kekerasan verbal yang dilakukan Dirlantas Polda Sulteng ke jurnalis SCTV Syamsuddin. Dodi menolak wawancara hanya karena alat yang digunakan Syamsuddin, hanya berupa handphone merek China.

“Kamera atau hanphone itu hanya alat. Yang lebih penting dari kerja jurnalis adalah pikiran dan keberpihakan pada kepentingan umum,” katanya.

Dia pun mempertanyakan kepada oknum polisi tersebut, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dibiayai dan diberi fasilitas dari pajak rakyat, apakah sudah dilakukannya untuk kepentingan umum.

“Kawan-kawan jurnalis dengan berbagai macam dan tipe peralatannya, tidak menggunakan uang negara. Harusnya oknum tersebut lebih menghargai,” katanya.

Dia pun meminta Kapolda Sulteng harus memberikan sanksi berupa teguran, dan memerintahkan oknum tersebut meminta maaf pada media secara umum, khususnya jurnalis bersangkutan secara terbuka, agar dapat dijadikan pelajaran untuk semua.

Insiden bermula ketika Syamsuddin, yang merupakan Kepala Biro SCTV Palu, hendak melakukan wawancara dengan Kombes Pol Dodi Darjanto di Tugu 0 Kilometer, Kota Palu.

“Saya sudah janji wawancara sejak kemarin melalui ajudannya. Setelah salam dan kenalan, saya mau mulai merekam. Dia langsung berkata, kenapa merekam wawancara pakai HP? Saya tidak mau. Masak wawancara pakai HP, HP merek Cina lagi. Suruh direkturmu belikan HP yang canggih,” ujar Syamsuddin.

Sementara itu, Dodi Darjanto dalam permintaan maaf yang disampaikan kepada sejumlah jurnalis, Kamis (18/07), mengakui bahwa tindakannya adalah kekhilafan dan dilakukan tanpa kesengajaan.

“Apa yang saya lakukan khilaf, tidak ada maksud apa-apa. Intinya saya itu sekadar bercanda saja tapi kejadiannya jadi seperti ini. Tidak ada maksud apa-apa pak,” kata Dodi Darjanto.

Reporter : Ikram
Editor : Rifay