Di antara sekian banyak adab yang tertera di dalam al-Qur’an dan sunnah, ada sebuah adab mulia yang merupakan hak seorang muslim kepada muslim lainnya, yang memiliki banyak keutamaan dan dapat membuahkan limpahan pahala. Ketahuilah, adab tersebut adalah adab menjenguk orang sakit.

Menjenguk orang sakit merupakan salah satu hak seorang muslim yang sepantasnya ia tunaikan atas muslim lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hak muslim terhadap muslim lainnya ada enam.” Sahabat bertanya: Apa saja, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, bila ia mengundangmu maka hadirilah, bila ia meminta nasihat maka nasihatilah, bila ia bersin dan memuji Allah (mengucap: alhamdulillah) maka jawablah (dengan mengucapkan: yarhamukallah), bila ia sakit maka jenguklah, dan bila ia meninggal dunia maka antarkanlah (jenazahnya hingga makam).” (HR. Muslim)

Mahmud al-Mishri dalam bukunya “Ensiklopedi Akhlak Muhammad SAW” mengatakan, turut merasakan sakit orang yang sakit mendatangkan pahala yang besar. Adapun membesuknya memiliki kadar sunah yang begitu kuat dan berpengaruh baik bagi kalbu orang tersebut.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasul menegaskan, membesuk orang sakit merupakan sunah yang diutamakan bagi seorang Muslim terhadap sesama Muslim. Seperti dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW yang selalu menengok sahabatnya yang terbaring sakit. Tujuan membesuk adalah menghibur keluarga orang yang sedang sakit.

Islam juga menetapkan syariat bagi Muslim ketika menengok orang yang tak sadarkan diri meski diyakini orang yang tak sadarkan diri itu tak mengetahui siapa saja yang datang menengoknya. Al-Mishri mengungkapkan, dianjurkan seseorang yang menjenguk itu mendoakan orang yang dijenguk.

Selain itu, si penjenguk juga menyampaikan duka cita dan nasihat kepada keluarganya agar bersabar.

Jabir bin Abdullah mengisahkan, saat ia sedang sakit, Rasul dan Abu Bakar menjenguknya. Mereka berjalan kaki dan menemukan dirinya dalam keadaan pingsan.

Dahulu, jelas Shaleh Ahmad asy-Syami, Rasulullah selalu menjenguk para sahabatnya yang jatuh sakit. Ia tak segan pula menjenguk anak kecil dari Ahli Kitab yang sebelumnya berkhidmat kepadanya. Saat pamannya Abu Thalib sakit, ia pun bertandang ke rumahnya dan menjenguknya.

Ketika menjenguk orang sakit, Nabi Muhammad mendekat lalu duduk dekat kepala si sakit dan menanyakan keadaannya. Juga menanyakan sesuatu yang disukai oleh orang yang sedang sakit tersebut. Jika orang itu menginginkan yang disenanginya, beliau meminta bantuan sahabatnya untuk memperolehnya.

Shaleh melalui bukunya “Berakhlak dan Beradab Mulia” mengatakan, saat menjenguk, Rasul meletakkan tangan kanannya di atas bagian tubuh orang yang sakit dan mengucapkan doa, Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan karena hanya Engkaulah yang mampu menyembuhkan. Tak ada kesembuhan kecuali yang datang dari-Mu. Sembuhkanlah dengan bentuk kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi.

Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.

Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.

Ingatlah  bawasannya hakikat sakit dan hakikat kesembuhan itu dari Allah Swt. Berdoalah kepada Allah, dan perbanyak untuk kita semua mengingat Allah. Semoga Tausiah ini i memberi manfaat untuk kita semua, Amin. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)