PALU- Akademisi Universitas Tadulako (Untad,) Palu, Mohamad Ahlis Djirimu, Ph.D. menyoroti keberadaan perkebunan kelapa sawit, khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah. Ia mengatakan kelapa sawit merupakan satu di antara komoditi menjadi andalan daerah tersebut.

Ahlis banyak bercerita tentang potensi dan masa depan kelapa sawit, saat menghadiri silaturahmi dan buka puasa bersama dengan Pimpinan Media di Palu bersama Astra Agro pada Kamis (21/3) sore.

Ahlis menjelaskan bahwa perkebunan kelapa sawit, terutama dalam skala besar, memainkan peran sentral dalam ekonomi daerah tersebut.

Awalnya Sulteng dikenal sebagai basis pertanian, namun dengan perubahan cepat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, fokusnya beralih.

“Yang saya maksud pertanian di sini, pertanian dalam arti luas. Terutama tanaman pangan dan hortikultura, dan untuk perkebunan salah satu di antaranya adalah kelapa sawit,” kata pria juga Tenaga Ahli Kementerian Keuangan RI.

Ia juga membagikan pengalaman pribadinya sekitar 30 tahun lalu. Kala itu ia melakukan pertemuan dengan salah satu manejer perkebunan sawit di Morowali. Saking kurang bagusnya jalan di wilayah dengan potensi sawit sangat besar, mereka bukan naik motor namun naik traktor menuju masjid untuk shalat Jumat.

Perkebunan kelapa sawit di Sulteng, ujar Ahlis, menunjukkan pertumbuhan mengesankan, dengan sebagian besar wilayah sudah mencapai puncak produksi.

Dalam menggenjot produksi sawit, Ahlis mengingatkan pentingnya menjaga kualitas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.

Selain itu, menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng bersama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Perkebunan besar swasta perlu bersinergi melakukan hilirisasi sawit. Caranya, Pemda menyediakan lahan pabrik bagi peningkatan nilai tambah sampai dengan produk akhir, sehingga berorientasi pemenuhan skala ekonomi pasar domestik dan pasar internasional.

Bagi Pemda, jika memang ada keinginan hilirisasi sawit, sesegera mungkin untuk membuat peta jalannya. Termasuk menyiapkan lokasi dan infrastruktur, dan tak kalah penting menyiapkan para penganggur berjumlah 47.080 orang untuk dididik supaya siap terserap.

Tak lupa Ahlis pada kesempatan tersebut juga menyentil pasar global, terutama tantangan Uni Eropa menetapkan standar ketat terhadap produk kelapa sawit. Hal tersebut dikarenakan Uni Eropa memiliki produk minyak goreng dari bunga matahari tidak ingin tersaingi oleh sawit.

Meski demikian, Ahlis optimis bahwa Sulteng memiliki potensi besar untuk terus berkembang dalam industri sawit.

Di tengah ketimpangan pembangunan antara wilayah timur dan barat Sulawesi Tengah, perkebunan sawit memberikan peluang nyata untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal.

Melalui pemahaman mendalam tentang tantangan dan peluang di industri kelapa sawit, Ahlis berharap kepada para pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah tetap berkelanjutan dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Reporter:**/IKRAM
Editor: NANANG