OLEH: DARLIS MUHAMMAD*
Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Ini keputusan mengejutkan dan langkah sesat Presiden Trump. Langkah kontroversial ini segera ditindaklanjuti dengan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Jerusalem.
Tak urung, pengakuan Trump terhadap Kota Suci Tiga Agama ini langsung memantik berbagai kecaman, termasuk peringatan akan kemarahan rakyat dari sejumlah negara yang selama ini mendukung perjuangan Palestina.
Demo besar-besar pun menjemput keputusan bejat ini. Beleid Presiden Trump ini menunjukkan Washington telah meninggalkan peran utamanya sebagai mediator perdamaian. Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyuarakan kekhawatiran atas keputusan Trump memindahkan Kedubes AS ke Jerusalem akan menghancurkan perdamaian Palestina dengan Israel.
Karena itu Jerman, Inggris, dan Perancis pun menolak keputusan sepihak itu, tetapi meminta ketenangan di wilayah tersebut guna membantu usaha perdamaian, karena Jerusalem harus dibagi antara Israel dan Palestina. Sebab, status Jerusalem hanya bisa diselesaikan berdasarkan solusi dua negara.
Saya telah berbicara menentang tindakan sepihak yang akan membahayakan prospek perdamaian bagi orang Israel dan Palestina. Saya akan melakukan segalanya dengan kekuatan saya guna mendukung para pemimpin Israel dan Palestina untuk kembali ke perundingan,” kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga sudah mengeluarkan peringatan bahwa aksi demo akan muncul di berbagai daerah tanpa bisa dicegah, karena menyangkut solidaritas dan protes atas kesewenang-wenangan yang selama ini dilakukan Amerika Serikat.
Para pemimpin negara dan pemerintahan Muslim seperti Mesir, Jordania, Lebanon, Qatar, Turki, Iran, dan lain-lain mengatakan sikap Trump itu tidak mengubah status hukum Jerusalem yang disengketakan. Keputusan sepihak Trump tidak sah secara hukum, karena mengakui pendudukan Israel di Jerusalem Timur.
Keputusan Trump juga berbahaya dan mengancam kredibilitas AS sebagai perantara perdamaian Timur Tengah. Bahkan, hal itu bisa mengancam stabilitas regional dan mungkin stabilitas global.
Para pemimpin negara Muslim juga menganggap keputusan Trump sebagai hukuman mati bagi semua orang yang mencari kedamaian dan sangat berbahaya. Langkah Trump dinilai sebagai sesuatu yang “Tidak bertanggung jawab. Ini salah yang membahayakan identitas multikultural dan status historis Jerusalem,” kata Turki.
Iran secara tegas mengutuk Trump karena melanggar resolusi PBB mengenai konflik Israel-Palestina. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameini mengatakan AS coba mengacaukan wilayah tersebut dan memulai perang melindungi kepentingan Israel.
Pemimpin Indonesia dan Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim juga tak mengutuk Trump. “Ini bisa mengguncang keamanan dan stabilitas global,” kata Presiden Joko Widodo yang meminta AS mempertimbangkan kembali keputusannya tersebut.
Tak ada langkah lain seperti yang telah dilakukan pemerintahan kita dengan mendorong PBB bertindak tegas, serta menjalin komunikasi dengan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) guna menekan Amerika Serikat. Untuk Palestina, Indonesia harus banyak berperan konkrit sebagai bentuk balas jasa. ***
*Penulis adalah Pimpinan Redaksi Harian Umum Media Alkhairaat (MAL)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.