PALU – Pihak PT Sulteng Mineral Sejahtera (SMS) menyebut, warga yang demo tolak pilot project penambangan batu tembaga di Desa Oyom tidak mewakili mayoritas warga.
“Saya dapat laporan dari Kepala desa. Tiga orang penggeraknya dari luar Desa Oyom, masa aksinya hanya sekitar 15 orang. Tidak benar ratusan,” bantah Direktur PT SMS, Akhmad Sumarling, saat memberikan keterangan Pers, di salah satu kafe di Kota Palu, Senin (12/12).
Menurut Akhmad, dihari yang sama, saat massa menggelar aksi demo di DPRD Tolitoli, sebenarnya ratusan warga yang mendukung pelaksanaan pilot project itu juga mendatangi DPRD, lalu di framing seakan ratusan massa itu tergabung dalam lingkaran warga yang kontra atas hadirnya PT SMS.
Bahkan faktanya kata Akhmad, kehadiran PT SMS di Desa Oyom disambut positif mayoritas warga, tercatat 500 lebih warga. Terbukti dengan adanya tandatangan persetujuan dari kepala desa beserta aparatnya, tujuh kepala dusun dan pengurus dari 20 koperasi yang ada.
Ia menjelaskan, surat rekomendasi Nomor 540/415/Gub.ST terkait pilot project pemanfaatan potensi mineral dalam rangka pemberdayaan masyarakat, sebenarnya bisa diterbitkan pemerintah provinsi untuk siapapun yang ingin.
“Hanya karena PT SMS menjadi orang pertama yang meminta, sehingga menjadi orang pertama yang menerima rekomendasi. Tidak ada yang spesial,” katanya.
Bahkan Akhmad mengajak kepada pihak lain yang memiliki keinginan atau visi misi yang sama dengan PT SMS, untuk sama-sama menjalankan project dengan niat untuk membangun Sulteng bersama PT SMS melakukan pemberdayaan masyarakat. Agar tidak muncul persepsi bahwa rekomendasi pilot project hanya dikhususnya untuk PT SMS.
“Saya tegaskan lagi ditempat ini, saya tantang kepada pihak lain yang juga memiliki keinginan untuk sama-sama kita jalankan project ini, untuk pembangunan Sulteng,” tegasnya.
Dia menyampaikan, dalam project ini SMS hanya sampai pada saat Izin Pertambagan Rakyat (IPR) terbit. Saat IPR terbit, yang melakukan pertambagan 100 persen adalah masyarakat yang telah tercatat di koperasi saat ini.
PT SMS hanya melakukan tiga hal. Pertama, menyiapkan peralatan kerja. Dua, menyiapkan Tenaga Ahli (TA) agar masyarakat yang melakukan kegiatan pertambagan lebih maksimal, dan ketiga, menyiapkan tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk menjamin keamanan pekerja tambang.
“Artinya, tidak ada SMS yang terlibat dalam melakukan ekploitasi. Masyarakat yang kerja, tenaga ahli yang mendampingi. Pertanyaannya, SMS kemana ? SMS akan ada di hilirnya, SMS akan membangun mini-mini smalter, di setiap titik daerah yang potensial,” tandasnya.
Reporter : Hamid
Editor : Yamin