PALU – Sebanyak 60 Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari wilayah Kabupaten Donggala, Sigi, dan Kota Palu mengikuti kegiatan penguatan pemahaman moderasi beragama dan wawasan kebangsaan yang digelar, di Aula Songgolangi Korem 132/Tadulako, Kamis (10/7).

Kegiatan ini bertujuan memperkuat peran Babinsa sebagai garda terdepan dalam menjaga kerukunan dan stabilitas sosial di masyarakat.

Komandan Korem 132/Tadulako melalui Kepala Staf Korem, Kolonel Infanteri AT. Chrisharjoko, dalam arahannya menegaskan bahwa Babinsa tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga sebagai pengayom masyarakat yang mampu membina kedamaian dan toleransi di wilayah tugasnya.

“Babinsa bukan hanya pelindung masyarakat. Jadilah pengayom, bukan sekadar pengamat di lapangan. Karena sejatinya, TNI hadir untuk menjaga kedamaian sosial. Kegiatan ini bukan sekadar seremonial,” ujar Kolonel Chrisharjoko.

Ia mengingatkan pentingnya peran Babinsa dalam menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia yang majemuk. Menurutnya, jika tidak dikelola dengan bijak, perbedaan suku, budaya, dan agama bisa memicu konflik.

“Saya berharap kegiatan ini menjadi inspirasi bagi wilayah lain. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi harus dikelola dengan baik,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah (Sulteng), Prof. H. Zainal Abidin, yang turut menjadi narasumber, menyampaikan bahwa Babinsa memiliki peran strategis dalam menjaga kerukunan umat beragama karena berada langsung di tengah-tengah masyarakat.

“Babinsa adalah ujung tombak kerukunan. Kehadiran mereka yang membaur dengan masyarakat sangat membantu menciptakan suasana damai dengan pendekatan persuasif dan moderasi yang santun,” ujar Guru Besar UIN Datokarama Palu tersebut.

Ia juga menyampaikan harapannya agar indeks kerukunan di Sulawesi Tengah dapat menjadi yang terbaik di Indonesia, dengan peran aktif seluruh elemen, termasuk Babinsa.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kabid Wawasan Kebangsaan Kesbangpol Sulteng, Rustam Ariffudin, yang juga menjadi narasumber, perwakilan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, lima tokoh lintas agama Kota Palu, serta dua organisasi bentukan FKUB Sulteng, yakni Kaukus Perempuan FKUB Sulteng dan Pelopor Kerukunan Dunia Maya (PKDM) Pemuda Lintas Agama FKUB Sulteng.