PARIMO – Sebanyak 250 hektare sawah di Desa Tolai, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, dalam tiga tahun terakhir mengalami gagal panen akibat tidak sesuainya jadwal tanam yang dilakukan para petani.

Kondisi ini membuat produksi beras di wilayah itu jauh dari harapan serta mengalami penurunan yang signifikan mencapai 60 persen per panennya.

Salah seorang petani, I Ketut Ngayah, mengatakan, akibat gagal panen tersebut membuat sejumlah petani terpaksa harus menyewakan lahannya kepada petani lain untuk digarap.

“Tiga tahun ini kami mengalami penurunan hasil produksi, terpaksa beberapa dari kami yang hanya memiliki sawah satu atau tiga hektare untuk disewakan dan dibagi hasil,” ungkapnya, Selasa (01/12).

Selain itu, kata dia, gagalnya panen juga diakibatkan tingginya penggunaan pestisida.

Ia mencontohkan, area persawahan di Dusun Buanasari yang terjadi persaingan antar petani dalam penggunaan pestisida.

“Adanya persaingan yang terjadi, kemudian penggunaan pestisida dengan merek yang berbeda, karena racun digunakan itu melebihi dari ketentuannya,” jelasnya.

Hal yang sama juga disampaikan petani lainnya, I Nyoman Mudro. Kata dia, untuk menghindari gagal panen, petani perlu mengikuti jadwal tanam yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar menghasilkan produksi yang diharapkan.

Ditambah lagi, kata dia, kelangkaan pupuk yang terjadi serta mahalnya harga obat-obatan, mengharuskan petani meminjam modal untuk mengelola sawah mereka. Hal ini terkadang membuat petani mengesampingkan jadwal tanam yang ada.

Ia berharap, pemerintah daerah dalam hal ini DPTHP harus bersikap tegas dalam penerapan jadwal tanam, sehingga tidak terjadi lagi gagal panen seperti tahun sebelumnya.

“Ketegasan dinas agar petani tidak keluar dari jadwal yang ada, kemudian pemenuhan pupuk memadai serta penekanan pengunaan racun yang berlebihan,” tutupnya.

Reporter : Mawan
Editor : Rifay