PALU – Tak terasa 20 bulan sudah Hidayat dan Sigit Purnomo Said memimpin Kota Palu. Duet pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota bertagline “Masintuvu Kita Maroso, Morambanga Kita Marisi” itu telah berbuat banyak membuat perubahan selama hampir 2 tahun memimpin.
Pasca dilantik Februari 2016, pasangan birokrat-musisi itu langsung menggelindingkan sejumlah program sebagai upaya mengimplementasikan Visi Misi Palu sebagai Kota Jasa, Berbudaya dan Beradat, Dilandasi Iman dan Taqwa.
Tidak bisa dipungkiri, apa yang telah dikerjakan, cukup sukses. Tidak sedikit warga yang gembira dan sangat mendukung terselenggaranya program itu, antara lain penertiban Pasar Manonda yang sempat mendapat predikat wilayah terjorok di Kota Palu.
Sekarang bisa dilihat perbedaannya, walaupun dalam hal ini Pemkot harus menerima sejumlah risiko seperti perlawanan oknum pedagang yang terkena dampak penertiban. Pemkot juga harus menyiapkan dana yang tidak sedikit untuk menjadikan Manonda bersih, indah, aman tertib.
Program lainnya adalah pemberlakuan sekolah bebas pungutan di jenjang TK, SD dan SMP Negeri. Program ini memberi makna bahwa tidak ada lagi anak Palu yang putus sekolah karena alasan biaya.
Program ini pun sempat berjalan merangkak, disebabkan adanya sejumlah kepsek “nakal” yang coba melawan kebijakan. Kedapatan, yang bersangkutan pun terpaksa “ditenggelamkan” dari jabatannya.
Sementara dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik dan transparan, wali kota juga harus pasang badan memasukkan sejumlah kalangan di dalam pemerintahan dalam wadah Tim Pendamping Kota Palu. Anggotanya berasal dari kalangan akademisi, praktisi, LSM dan pegiat media. Tim ini berada dibawah koordinasi Bappeda. Program ini pun tak berjalan mulus. Banyak protes bermunculan, termasuk dari kalangan DPRD setempat.
Program lain yang bisa dibilang paling sukses adalah pembentukan Satuan Tugas (Satgas) K5 di setiap kelurahan. Satgas ini juga melibatkan berbagai unsur, seperti tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh adat, pemerintah dan TNI/Polri, bertugas menciptakan Kebersihan, Keamanan Ketertiban, Keindahan, dan Kenyamanan (K5).
Dalam hal kebersihan, Pemkot juga telah mencanangkan Gerakan Gali Gasa (3G) yang berarti gerakan bersih dan lebih bersih yang telah banyak mendapat dukungan, baik pemerintah pusat hingga lintas negara Negara, seperti Kesultanan Pahang, Malaysia. (HAMID)