PALU – Balai Karantina Pertanian kelas II Palu bersama unsur pemerintah terkait melepas komoditas ekspor sebesar 1,7 ton ke negara Jepang dengan nilai ekonomis senilai 470.000 yen, atau setara Rp76 juta. Komoditas berupa bawang merah, kemiri dan kelapa muda itu dilepas, Jumat (26/2) melalui jalur udara di Bandara Mutiara SIS-Aljufri.
Menurut Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu, Amril Manapo, ekspor tersebut adalah hal yang luar biasa, sebab tidak mudah untuk produk pertanian masuk ke Jepang.
“Itu dikarenakan persyaratan sangat ketat. Salah satu harus bebas dari hama dan penyakit, saya mengapresiasi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, terkhusus kepada eksportir PT. AKI yang melihat potensi peluang ekspor ke Jepang,” ujarnya di Palu, Jum’at (26/2).
Berdasarkan data Indonesian Quarantine Full Automation System (IQFAST), Badan Karantina Pertanian mencatat, komoditas ekspor sangat didominasi dari sektor perkebunan yang rutin lalulintasnya seperti tepung kelapa, minyak kelapa, kakao biji, dan kelapa bulat.
Amsir mengatakan, memang komoditas pertanian yang diekspor masih dominasi oleh sektor perkebunan. Padahal sektor hortikultura seperti buah dan sayuran sangat potensial untuk juga bisa menembus pasar mancanegara. Pada tahun 2020 nilai ekonomis komoditas pertanian yang di ekspor ke negara-negara Asia, Eropa dan Amerika Latin ini mencapai hampir 400 miliyar.
“Upaya mendorong peningkatan ekspor dari value dan diversitas produk di Sulteng, kami dukung implementasinya dalam wujud kegiatan Gratieks (Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian),” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Richard A Djanggola, mengatakan, pengiriman ke Jepang berkat adanya jaringan pasar. Eksportir kata dia mengetahui komoditi-komoditi apa yang dibutuhkan di Negara Jepang.
Dia menyebutkan tak hanya Bawang Merah, Kemiri dan dan kelapa Muda, sebelumnya komoditi seperti lada, daun salam, serta daun kunyit juga telah dikirim.
“Ini tinggal di follow up saja, bagaimana komoditi-komoditi itu bisa diterima di tengah masyarakat. Mudah-mudahan apabila sesuai dengan kebutuhan mereka, tinggal eksportir ini mencari suplayer di Kota Palu atau Sulawesi Tengah,” sebutnya, Jumat siang.
Sebagai informasi, ekspor ke negeri matahari terbit tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan. Meksipun tonase yang dikirim jumlahnya kecil, Amril bilang, setidaknya hal ini menjadi pembuka jalan sekaligus memberi bukti bahwa produk pertanian di Sulawesi Tengah sangat diminati pasar mancanegara.
“Ke depan, ini sudah tentu menjadi angin segar bagi calon eksportir untuk bisa melakukan hal yang sama jika permintaan banyak tentunya volume yang akan meningkat sehingga akan berdampak positif bagi daerah,” pungkas Richard.
Reporter: Faldi
Editor: Nanang