PARIMO – Setiap memasuki musim penghujan, warga Tolai, Dusun Penebel, Kecamatan Torue, Parigi Moutong (Parimo) dihantaui rasa was-was. Baik Hujan sedang maupun derasa ditambah lagi pemberitahuan BMKG soal cuaca di wilayah seluasa 6.600 hektare.
10 tahun banjir yang melanda wilayah itu, seperti ingin berkawan dengan warga yang berada di Dusun Penebel, bahkan segela cara dilakukan oleh pemerintah Desa dan warga untuk menghambat luapan air agar tidak meluap kerumah warga dengan menggunakan geoback atau pasir yang diisi dalam karung, pelebaran sungai pun dilakukan.
Namun, usaha pemdes Tolai dan warga sekitar tidak membuahkan hasil apapun. Kondisi ini diperparah lagi dengan menyatunya dua anak sungai Balinggi dan Tolai bermuara di dusun penebel.
Hujan yang menguyur wilayah Tolai sejak pukul 14.00 hingga 21.00 Wita, membuat jalan trans Sulawesi di Dusun Penebel yang berbatasan dengan Desa Balinggi, Kecamatan Balinggi terputus oleh luapan air sungai hingga berpulih kilometer, jalur tersebut merupakan salah satu akses yang menghubungkan Kabupaten Poso, Tojo Una-una dan beberapa kabupaten lainnya.
Kades Tolai, I Mede Gede Dipayana, ada sekitar 10 kepala keluarga yang berada di sekitaran jalur sungai tersebut mengancam pemukiman warga, karena terkena dampak air yang luap setinggi perut orang dewasa, saat ini pembatas sungai terus terkikis oleh air yang lebat.
“Akibat penyempitan jalur sungai di Balinggi karena pembuatan akses jalan, maka sungai yang berada di wilayah itu menyatu dengan sungai yang berada di desa Tolai,” ungkapnya saat ditemui Selasa (23/07).
Ia menambahkan, saat ini pihaknya melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah baik Kabupaten dan Provinsi untuk penanganan akses jalur sungai yang sudah merusak jalur trans Sulawesi itu.
“Kami sudah melaporkan kepada pemerintah, semoga secepatnya mendapat penangan, agar warga sekitar bisa tertangani masalah banjir yang terus terjadi ketika masuk musim penghujan,” pungkasnya.
Reporter: Mawan
Editor : Yamin