PALU – Pemerintah Kabupaten Sigi menyatakan lahan pertanian dengan luas 1.400 hektare (ha), telah mulai berproduksi kembali pasca rusak parah dampak dari bencana alam pada 2018 silam.
Menurut Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapatta, kembalinya berproduksi ribuan lahan pertanian itu seiring dengan perbaikan sistem pengairan irigasi bendungan gumbasa yang sudah mencapai 48 persen.
“Pengerjaannya ini dikendalikan oleh Pusat, terakhir pekerjaannya belum sampai di 50 persen sekitar 48 persen. Kalaupun sudah mencapai itu, baru akan masuk 50 persen belum total. Kendalanya mungkin ada saya belum bisa memastikan,” kata Bupati Kabupaten Sigi Mohammad Irwan Lapatta, Senin (24/01)
Bupati Sigi menjelaskan, masih ada 6.600 ha luas lahan pertanian di wilayahnya yang hingga kini belum juga berproduksi. Hal itu disebabkan irigasi Gumbasa sebagai sistem pengairan yang utama, bagi total 8.000 ha luas lahan pertanian itu.
Pasca rusak parah akibat diguncang gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo pada 2018 lalu, ribuan hektare lahan pertanian di wilayah Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo Induk serta Sigi Biromaru tidak dapat berproduksi lagi.
Hal itu, lanjut Bupati Sigi, menjadi salah satu kendala yang besar menghambat upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Tapi dalam penyampaian Wakil Menteri (Wamen) PUPR saat berkunjung ke Sigi hal ini akan dipercepat kemungkinan 2023 sudah akan masuk dalam tahap penyelesaian atau telah selesai, jika meleset itu 2024 pasti selesai,” jelasnya.
Karena itu, pemerintah kabupaten Sigi beralih mendorong para petani untuk mulai berproduksi dengan tanaman-tanaman holtikuktaral, biji-bijian, umbi-umbian maupun jenis sereal.
Ia mengungkapkan, hal itu untuk memacu ketertinggalan Kabupaten Sigi dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi daerah pascabencana yang mengalami kerugian hingga 11,1 triliun lebih.
“Sehingga skemanya seperti itu, untuk daerah yang masih bisa dan memang mampu agar terus memproduksi beras seperti dari Kulawi kemudian sebagian dari Gumbasa, sedangkan lainnya kita dorong untuk tetap berproduksi namun dengan hasil yang lain,” katanya.
Bahkan, kendati mengejar ketertinggalan itu sebagian para petani turut didorong terkibat menjadi pelaku-pelaku usaha mikro kecil menengah (umkm), yang saat ini kondisinya tengah menjamur di Kabupaten Sigi.
Reporter: Faldi
Editor: Nanang