PALU – Rais Syuriah Pengurus Besar (PBNU) Prof Zainal Abidin menyebut konsep wasathiyah menjadi landasan dalam moderasi beragama.
Pengenalan konsep moderasi beragama diawali dengan pemaparan dari Rais Syuriah PBNU, Prof KH Zainal Abidin mengenai Islam wasathiyah.
Istilah tersebut merujuk pada konsep menemukan pendekatan seimbang dan moderat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk praktik keagamaan, keyakinan dan interaksi dengan sesama.
“Islam wasathiyah itu Islam yang menjunjung tinggi toleransi, keterbukaan dan menghargai pendapat berbeda,” papar ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng Zainal dalam dialog Moderasi beragama mengangkat tema ” Jalan Harmoni Nusantara” di Palu Golden Hotel,Jalan Raden Saleh, Kota Palu, Jumat (1/12).
Ia mengatakan, bahwa moderasi beragama bukan berarti pendangkalan akidah. Moderasi beragama lebih kepada sikap dan perilaku beragama tanpa merubah ajaran agama itu sendiri.
Zainal mengatakan, aspek utama dalam praktik moderasi beragama dalam kehidupan yaitu menghargai perbedaan.
“Seandainya Tuhan mau menciptakan satu agama, maka di dunia ini hanya satu agama saja. Tetapi ternyata Tuhan menciptakan banyak agama,” kata Zainal usai mengutip Alquran Surah Yunus ayat 99.
Dari penjelasan Alquran tersebut, perbedaan terjadi merupakan suatu Sunnatullah (ketetapan Allah SWT). Pada titik tersebut,moderasi beragama mengajarkan sikap toleransi terhadap keyakinan dan praktik keagamaan orang lain.
Zainal mengatakan, kebanyakan orang justru lebih menonjolkan perbedaan yang berlebih-lebihan. Padahal, ia menyebut semua agama lebih banyak persamaan dibanding perbedaannya.
“Saya sedang melakukan penelitan bagaimana melihat persamaan agama. Ternyata lebih banyak persamaannya daripada perbedaan. Cuma terkadang kita lebih menonjolkan perbedaan antara agama yang satu dengan yang lain. Padahal perbedaannya sangat kecil,” paparnya.
Oleh karena itu, Zainal merasa penting memahami dan menerapkan moderasi beragama demi terciptanya kehidupan harmonis dan saling menghormati di tengah keberagaman.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) KNPI Kota Palu, Muh Sidiq Djatola menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai cara pandang dalam menyikapi keberagaman antar umat beragama.
Bagi umat Islam, konsep tersebut diharapkan dapat diimplementasikan di tengah kehidupan masyarakat tanpa menyalahi tuntunan syariah.
“Tujuan utama kegiatan ini sebagai sarana edukasi bagi kalangan pemuda, santri dan pelajar. Kita tidak boleh menganggap diri kita paling benar dari orang lain hanya karena berbeda pemahaman dan keyakinan,” kata Sidiq dalam sambutannya.
Sidiq menuturkan, istilah moderasi muncul sebagai respons atas fenomena dua kutub pemikiran, yaitu ekstrem kanan dan ekstrem kiri.
Penganut ekstrem kanan cenderung lebih mudah mengkafir-kafirkan orang lain yang berbeda dengannya. Sementara paham kontradiksi atau ekstrem kiri adalah kelompok liberal.
Dengan memperkenalkan konsep moderasi beragama, ia berharap generasi muda khususnya di Palu tidak terjerumus pada kedua pemahaman tersebut.
Moderasi beragama diharapkan dapat memandu seseorang untuk memiliki sikap saling toleransi dalam mengamalkan ajaran agamanya masing-masing.
“Di era globalisasi, informasi begitu mudah dan cepat diperoleh. Hate speech dan berbagai macam justifikasi bertebaran di media sosial. Olehnya, dialog moderasi beragama ini menjadi wadah edukasi bagi kita semua, dan kita harapkan berkelanjutan,” jelas Sidiq.
Mewakili Gubernur Rusdy Mastura, Kadispora Sulteng, Irvan Aryanto menyambut baik kegiatan KNPI Palu yang bisa mengumpulkan ratusan pemuda dari berbagai elemen.
Irvan mengaku hubungan Dispora Sulteng dengan kelompok kepemudaan kian renggang. Ia pun berharap silaturahmi dapat terbangun kembali melalui kegiatan KNPI Palu.
“Saya berharap kegiatan kepemudaan seperti ini terus belanjut. Terus terang, komunikasi kami terputus dengan kawan-kawan pemuda khususnya di tingkat provinsi. Sehingga dialog ini menjadi sarana bagi kami untuk kembali menjalin silaturahmi,”tutupnya.
Dialog Moderasi beragama diikuti ratusan santri, pelajar dan aktivis pemuda di Kota Palu.Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palu bekerja sama dengan Jaringan Penggerak Moderasi Beragama Nusantara (JPMBN) Sulteng.
Selain menghadirkan Rais Syuriah PBNU Prof KH Zainal Abidin, Kakanwil Kemenag Sulteng Ulyas Taha, dan Kadis Kominfosantik Sulteng Sudaryano Lamangkona.
Acara dialog berlangsung lebih dari satu jam tersebut, kemudian ditutup dengan deklarasi Gerakan Moderasi Beragama Sulawesi Tengah.
Para peserta serentak mengucap ikrar ingin menjaga 4 pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika), serta menerapkan nilai-nilai toleransi dalam berkehidupan.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG