PALU – PT. Bank Sulteng dan Universitas Tadulako (Untad) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dalam rangka pemulihan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) di masa pandemi Covid-19. Penandatanganan itu dilaksankaan, di Salah satu hotel di Kota Palu. Kamis (22/10).
Penandatanganan MoU itu dirangkaikan dengan seminar yang mengangkat tema ‘Pemulihan Ekonomi Sulawesi Tengah di Masa Pendemi Covid -19’, dan dihadiri Gubernur Provinsi Sulteng, H. Longki Djanggola.
Dikesempatan itu, Direktur Utama PT. Bank Sulteng, Rahmat Abd Haris menyampaikan, pada masa Pendemi Covid-19 saat ini, terwujud kerja sama antara PT. Bank Sulteng dengan Untad.
“Kerjasama ini adalah untuk melakukan pelayanan Perbankkan kepada seluruh Civitas Universitas Tadolako, dan Kegiatan Seminar ini juga diharapkan dapat mencari kolaborasi baru dan handal untuk meningkatkan program pemulihan ekonomi, khususnya dibidang Perikanan dan produksi udang Vaname,” ucapnya.
Kata Rahmat, selain itu PT. Bank Sulteng juga telah mengambil peran dan pemulihan ekonomi Nasional, dengan peningkatan ketahanan pangan sub sektor perikanan Dan pertanian, khususnya peningkatan produksi Kacang Tanah.
“Bank Sulteng adalah milik masyarakat Sulteng dan saat ini perkembangannya sangat pesat, saat ini Laba Bank Sulteng sudah mencapai 120,57 persen dari target yang ditetapkan dan CAR nya 26 persen,” tekannya.
Dikesempatan itu, Longki Djanggola menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas pelaksanaan penandatanganan perjanjian kerja sama Untad dan PT. Bank Sulteng, yang turut dirangkaikan dengan seminar itu.
Gubernur juga menyampaikan, pemerintah telah menyiapkan aneka stimulan ekonomi untuk membangkitkan dunia usaha, tetapi juga diperlukan peranan dari sektor-sektor lain untuk bersinergi. Misalnya dari sektor pendidikan tinggi yang saat ini diwakili oleh Untad.
“Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi yang melanda seluruh negara di dunia, termasuk indonesia dan terkhusus bagi daerah kita Sulteng, yang sebenarnya baru mulai bangkit setelah dilanda bencana 28 September 2018 turut merasakan pukulan telak dari pandemi terluas dalam sejarah umat manusia,” katanya.
Lebih jauh Gubernur menyampaikan, dari data terakhir menunjukkan sekitar 1.521 UMKM di Sulteng terdampak ekonomi selama pandemi, yang mengalami penurunan produksi dan omset penjualan.
Dari sisi ketenaga kerjaan, tercatat ada 10.370 yang terpaksa dirumahkan oleh pihak perusahaan dan UMKN tempat mereka bekerja. Bahkan yang lebih miris, sampai harus mengalami pemutusan hubungan kerja, sebanyak 413 orang.
Disektor pariwisata, dari data tingkat hunian di sejumlah hotel berbintang sempat mengalami penurunan hingga 9,49 persen, dan hotel non bintang hingga 5,98 persen, khususnya pada bulan Mei 2020. Namun angka tersebut perlahan-lahan naik kembali di beberapa bulan selanjutnya seiring pemberlakuan new normal, beroperasinya kembali beberapa maskapai penerbangan mengangkut penumpang, dengan tujuan Sulteng dan kebijakan persyaratan masuk wilayah Sulteng dari swab PCR menjadi rapid test.
“Terdapat beberapa kebijakan pemerintah provinsi dalam rangka menanggulangi dampak Covid-19, diantaranya ialah melalui refocusing dan realokasi anggaran di seluruh OPD provinsi, terhimpun dana lebih kurang Rp112,81 milar rupiah, dan penggunaan dana CSR PT. Bank Sulteng sebesar Rp12,5 miliar.
Dipenghujung, Gubernur berpesan dengan tercapainya penandatanganan MoU antara Bank Sulteng dan Untad, dapat dijadikan momentum untuk memelihara kemitraan sinerjik antara lembaga pendidikan tinggi dan lembaga industri keuangan.
“Tentunya saya mengapresiasi penandatanganan MoU ini, guna menyelamatkan ekonomi daerah supaya dapat bertahan di tengah pandemi dengan melakukan adaptasi dan inovasi,” tandasnya. (YAMIN)