Polda Sulteng Antisipasi Minyak Goreng Daur Ulang di Pasar

oleh -
Minyak Goreng

PALU – Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Sulteng mengantisipasi penyebaran minyak goreng daur ulang di tengah tingginya permintaan pasar saat ini.Menurut anggota Satgas Pangan yang juga Kasubdit I Industri dan Perdagangan (Indag) Dirreskrimsus Polda Sulteng, AKP Dirham mengatakan antisipasi itu menyusul adanya sejumlah laporan masyarakat mengenai kualitas minyak goreng yang diduga adalah hasil dari daur ulang.

“Ada muncul laporan dari masyarakat, dan sejauh ini kita terus lakukan pendalaman ke lapangan,” kata Kanit Indag Dirreskrimsus Polda Sulteng, AKP Dirham di Palu, Kamis (24/2).

Ia menjelaskan, sejak adanya upaya penekanan satu harga terhadap kebutuhan dasar rumah tangga, pihaknya telah memperhitungkan dampak tersebut.

Sebab, secara umum kondisi permintaan pasar dan konsumen yang tinggi, akan memicu munculnya oknum-oknum pedagang minyak goreng nakal, dengan memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan besar.

BACA JUGA :  Titip Pesan kepada Anggota DPRD Periode 2024-2029, Nilam Sari Lawira Kutip Surah Luqman

Karena itu, pihak satgas pangan memberi pengawasan ketat terhadap penyebaran minyak goreng baik dengan kemasan, maupun minyak curah.

“Meskipun memang belum juga kita temukan tapi perlu diwaspadai, kalau ingin membeli minyak goreng curah, beli yang dalam jerigen, jangan yang per liter! Artinya tidak masalah, hanya saja ditakutkan itu adalah sumbernya. Jadilah konsumen yang cerdas,” imbaunya.

Terpisah, Ahli Gizi sekaligus Public Healthy Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, Yudiawati V Winda Rusliana menyoroti tingkat pemakaian minyak goreng yang tinggi di tengah masyarakat, serta penggunaannya yang berulang-ulang.

“Memang betul minyak goreng itu tidak mengandung kolestrol, tapi kalau sudah bertemu dengan api maka pasti sudah memiliki kandungan kolestrol,” kata Yudiawati di Palu.

BACA JUGA :  Milad ke-94 Alkhairaat, Haerolah: Sarana Mengaktualisasikan Nilai Perjuangan Guru Tua

Meski begitu, ia mengatakan secara umum tingkat penggunaan minyak goreng yang tinggi itu menyesuaikan dengan selera makan setiap orang, namun penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang bukanlah hal yang biasa.

Sebab kandungan dalam minyak yang sudah terpakai kemudian dipakai lagi hingga beberapa kali, tak dianjurkan untuk dikonsumsi.

“Siasatnya untuk hasil gorengan pertama dalam skala keluarga misalnya harus diberi untuk orang tua, hasil gorengan kedua atau ketiga itu baru diberi kepada yang masih muda. Karena memang di Indonesia umumnya minyak goreng itu tidak akan hanya sekali pakai, terkecuali di Eropa luar negeri sana sudah menerapkan itu,” pungkasnya.

Reporter: Faldi
Editor: Nanang