Penanganan Stunting di Parimo Mencapai Standar Nasional

oleh -
Kepala sub Bidang Sosial Budaya Bappelitbangda, Irdan. (FOTO : media.alkhairaat.id/Mawan)

PARIMO – Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berhasil melakukan penanganan kasus stunting atau kurang gizi kronis di 36 desa yang mencapai 11,4 persen.

Namun dalam hal penanganan, masih terdapat beberapa program berdasarkan presentasinya masih jauh dari harapan. Diantaranya pelayanan sosial berupa bantuan pangan, JKN, PKH serta BPNT yang capaiannya masih rendah.

Kepala Sub bidang sosbud Satu Bappedalitbang Parimo, Irdan mengatakan, secara umum program tersebut telah sampai kepada masyarakat, namun perlu dipacu kembali sehingga frekuensi dari program tersebut bisa meningkat.

“Berdasarkan prestasi cukup signifikan, lainnya dalam penanganan stunting adalah pasangan subur yakni remaja mencapai 40 persen. Walaupun kemarin terdapat kendala berkaitan dengan pandemi, apabila dikaitkan agak sulit untuk dicapai,” ungkapnya saat ditemui, Senin (08/11).

BACA JUGA :  Tradisi Maulid Nabi di Palu: Pohon Telur, Hikmah, dan Wasiat Rasulullah SAW

Pihaknya menargetkan, tahun berikut penanganan mencapai 80 persen ke atas. Karena aktivitas belajar mengajar khususnya jenjang SMA telah aktif kembali.

Kata dia, terkait dengan ini pula presentasi saat ini telah mencapai 11,4 persen, hal itu menjadikan fokus yang luar biasa dalam hitungan angka.

Ia menjelaskan, dalam penanganan stunting pihaknya memfokuskan 36 desa di Parimo, apabila ini ditangani dengan serius dapat menurunkan kasusnya setiap tahunnya.

“Ternyata apa yang kita lakukan telah memberikan dampak terhadap penurunan frekuensi yang ada di Kabupaten Parimo, dan itu kita lakukan setiap tahunnya,” jelasnya.

BACA JUGA :  Diskominfosantik Mengikuti Tahapan Uji Publik Monitoring dan Evaluasi KIP 2024

Ia menambahkan, untuk tahun 2022 akan ada ketambahan lokus stunting sebanyak 45 desa sesuai analisis, secara frekuensi mengalami penurunan. Namun, akan tetapi jumlah desanya mengalami penyebaran.

“Berdasarkan frekuensi 25, lima kebawa itu masih merah,  sehingga perlu kita intervensi,” tutupnya.

Reporter : Mawan
Editor : Yamin