“Terus terang, maaf, banyak juga panti asuhan yang saya tahu, saya lihat, dan dengar ada di mana-mana tapi tidak dikelola secara profesional dan baik, bahkan ada kecenderungan negatif. Misalnya dengan mengeksploitasi anak-anak yang dijadikan sebagai peminta-minta, bahkan dijadikan alat untuk menjual dan sebagainya yang semua hanya berbungkus untuk kepentingan pengurus pantinya saja,” sebutnya, Longky yang juga Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) Wilayah Sulteng, saat ILUNI menggelar acara penyerahan santunan kepada 39 anak yatim dipanti asuhan Aljabbaru jalan Lagarutu Palu, Selasa malam lalu.
Bahkan longky juga mengaku pihaknya pernah melakukan survey terhadap beberapa panti asuhan yang memiliki nama yang cukup bagus, namun ternyata tidak memiliki anak panti di dalamnya.
“Jadi ada panti yang seperti itu, ketika kita mau kunjungi barulah pengurusnya sibuk menjemput anak-anak entah dari mana. Akhirnya ketahuan bahwa panti itu hanya jadi alasan untuk mendapatkan bantuan saja,” tegasnya.
Sementara itu, penyerahan santunan kepada 39 anak yatim dipanti asuhan Aljabbaru jalan Lagarutu Palu, ILUNI memberikan santuna berupa perlengkapana shalat seperti sarung, kopiah serta takjil dan makanan untuk berbuka.
Longky Djanggola mengapresiasi kinerja penyelengara PA Aljabbaru yang telah ikhlas, tulus dan serius mengelola panti asuhan itu secara baik.
“Atas nama pemerintah saya bangga dan berterima kasih pada penyelenggara panti ini, bahkan kabarnya dari PA ini sebagian anak asuhnya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya bahkan diantaranya ada yang telah menjadi dosen, ini luar biasa,” tuturnya.
Selain itu secara khusus ketua ILUNI UI Sulteng memberikan dana kepada penyelengara panti sebesar Rp5 juta, berupa bantuan dana atas nama pribadi beliau. (HAMID)