PALU – Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA-ActionAid) yang bekerjasama dengan Pengurus Wilayah (PW) Fatayat Nahdatul Ulama (NU) Provinsi Sulteng terus berkreasi dalam melaksanakan program Emergency Response and Recovery (ERR) pasca bencana fase dua di Sulteng.
“Setelah berjalan lima bulan program ERR, kami mencoba melakukan evaluasi sudah sejauh mana program tersebut terserap oleh masyarakat penerima manfaat,” ujar Ketua PW Fatayat NU Sulteng, Hj. Zulfiah, di Palu, Rabu (29/01).
Bentuk evaluasi yang dilakukan yakni, dengan mengemas dalam kegiatan rekreasional melalui lomba senam, dan menyajikan kreasi makanan Non beras yang memanfaatkan potensi lokal. Untuk melihat masyarakat penerima manfaat program sudah benar-benar pulih.
Lomba itu dilaksanakan di Kelurahan Buluri, Kota Palu, yang dimaksudkan, sebagai bentuk refleksi pada masa-masa emergency, dimana sulit mendapatkan beras padahal sangat banyak potensi di sekeliling kita yang bisa diolah sebagai pengganti beras. Seperti, Jagung, Sagu, Ubi kayu, Ubi jalar, Labu dan jenis sayuran lainnya.
“Kami juga meminta ibu-ibu untuk mengikuti lomba drama. Hal itu juga merupakan bentuk evaluasi terhadap materi kelas belajar yang kami berikan selama lima bulan ini. kami memotivasi ibu-ibu bahwa yang utama bukan persoalan akting, tetapi sejauh mana materi-materi tersebut bisa memberikan pengaruh positiv bagi kehidupan masyarakat,” jelasnya.
Di Buluri, tepatnya di lokasi Hunian Sementara (Huntara) ACT, YAPIIKA-ActionAid dan Fatayat NU Sulteng melaunching Ruang Ramah Perempuan.
Zulfiah menambahkan, sebelumya mereka juga telah melaksanakan lomba tersebut di Desa Lendentovea, Kabupaten Donggala, senin 20 Januari 2020, yang diikuti tujuh kelompok binaan. Disana, ibu-ibu juga menampilkan kreasi olahan makanan Non beras yang sangat variatif dengan tidak mengurangi rasa original khas dari bahan-bahan yang masyarakat olah secara mandiri.
Kegiatan di Lendentovea itu dihadiri Direktur dan tim YAPPIKA-ActionAid, didampingi tim Fatayat NU Program manager, PO Protection, PO Advokasi, CO Lendentovea dan CO Buluri, dan Kepala desa, tokoh agama dan tokoh perempuan setempat.
“Kegiatan di Lendentovea tersebut diawali dengan launching Ruang Ramah Perempuan (WFS) yang kami berinama ‘Pondok An-Nisa Yasmin’ Fatayat NU, yang kelak dijadikan sebagai sarana belajar, sarana konsultasi, konseling yang aman bagi perempuan di desa tersebut.
Lanjut Zulfiah, setelah di Desa Lendentovea, kegiatan serupa dilaksanakan tanggal 23 Januari 2020, di Kelurahan Layana, Kota Palu, yang diikuti 10 kelompok. Keseruan dan kreatifitas penyintas di Layana juga tidak kalah dengan apa yang telah disajikan ibu-ibu binaan yang didaerah lainnya. (YAMIN)