PALU – Badan Urusan Logistik (Bulog) Sulawesi Tengah optimis, komoditas lokal beras maleo akan dapat bersaing dengan beras-beras unggulan lainnya, yang sudah lebih dulu menasional.
“Ini adalah komoditas lokal dengan kualitas yang bagus dari petani Sulteng, kita berani mempromosikan ini karena memang kita yakin produck ini dapat menasional nantinya,” kata Kepala Kantor Wilayah Bulog Sulteng, Basirun di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (30/12).
Basirun menjelaskan beras maleo merupakan serapan Bulog dari para petani lokal di Sulawesi Tengah. Saat ini beras Maleo telah mengantongi izin resmi dari pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dengan nomor izin edar Kementan RI PD.72.13-A.I-01-00006-5/2021.
Pada segi tampilan kemasan, beras maleo seluruhnya mengadopsi kearifan lokal daerah. Pemaknaanya adalah, selain mendapatkan beras berkualitas, agar masyarakat bisa mengenal beberapa ciri khas daerah, seperti batik bomba, dan burung maleo (brung endemik Sulteng).
Burung Maleo dengan nama latin Macrocephalon Maelo, satwa endemi Pulau Sulawesi, yang terancam punah dan memiliki pola hidup yang unik. Burung ini memiliki ciri fisik antara lain kulit wajah bercorak kekuningan, mempunyai paruh jingga dan bulu dibagian bawahnya berwarna merah muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat semacam jambul keras berwana hitam.
Sedang motif batiknya, menganut kombinasi bomba dan subi yang berasal dari Kabupaten Donggala, dimana latarnya memiliki berbagai macam warna dan corak yang menggambarakan keterbukaan dan kebersamaan.
Kemudian warna merah sendiri, merupakan warna menonjol dan langsung menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Warna merah ini merupakan warna yang hangat, membuat orang tertarik, serta meningkatkan adrenalin.
Terakhir warna emas menggambarkan sebuah kemewahan, kemegahan, prestasi dan kualitas ringgi. Warna emas ini menggambarkan kualitas beras Maleo yang merupakan beras lokal dengan kualitas terbaik yang telah melalui quality control.
“Jadi khasanahnya kearifan lokal mencerminkan produktifitas masyarakat Sulteng pada sisi kualitas dan kuantitasnya yang menuju produk berskala nasional,” jelasnya.
Meski hadir sebagai salah satu beras premium, Bulog Sulteng membadrol beras maleo dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium. Beras Maleo kemasan 3 kg seharga Rp38.400 per pcs, dan 5 kg dengan harga Rp64.000 per pcs.
Basirun percaya, dengan peningkatan kebutuhan masyarakat Sulteng, juga ditunjang dengan kebutuhan pangan warga daerah calon ibu kota negara baru, beras maleo akan dengan cepat terpasarkan dalam jumlah besar.
“apalagi sampai sekarang belum pernah ada yang komplain produk-produk yang Bulog keluarkan kepasaran terkait dengan kualitas maupun kuantitasnya,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, nantinya setelah beras maleo Bulog Sulteng akan mengupayakan berbagai komoditas pangan lokal Sulteng akan masuk dalam pasar berskala nasional.
Sehingga Sulawesi Tengah akan menjadikan nama Maleo sebagai merk utama berbagai komoditas pangan.
Reporter: FALDI
Editor: NANANG