Saling Memaafkan

oleh -
Abdullah Latopada

Ada kesan kuat saat ini bahwa sifat saling menyalahkan, merasa yang paling benar, serta senang melihat kesengsaraan yang dihadapi oleh sesamanya merupakan penyakit yang harus segera dihilangkan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang terikat dan bersaudara antara satu dan yang lainnya.

Maka, berbuat kebaikan kepada siapa pun menjadi mutlak dilakukan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia yang humanis.

“Demi masa. Sesungguhya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-Ashr [103]: 1-3).

Semua manusia termasuk kita merasa beruntung bila ia menggunakan waktunya untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Memang, alangkah indahnya bila kehidupan kita sudah disemarakkan dengan semangat saling menasihati.

Betapa tidak? Setiap orang butuh keselamatan. Selamat dari kerusakan, kebodohan, kecelakaan, kekurangan, kelalaian, dan kesalahan. Bentuk cinta dan kasih seseorang terhadap yang lainnya adalah dengan menasihati supaya tidak terjun dalam kubangan kesalahan dan dosa. Seorang Muslim tidak akan rela melihat saudara se-Muslim lain berbuat kesalahan yang dapat menjauhkan dirinya dari pertolongan syariat.

Makna dari nasihat adalah ‘menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran’, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang malah dapat menjauhkan diri dari-Nya. Merupakan tugas setiap Muslim baik perempuan maupun laki-laki untuk saling menasihati seperti dalam firman-Nya.

“Dan, hendaklah ada dari antara kamu segolongan umat yang berseru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).

Namun demikian, terkadang banyak yang mau menasihati orang lain, memberikan koreksi, bahkan mengkritik. Tapi, sayangnya, ketika ia sendiri yang dikoreksi dan dinasihati, terkadang sulit sekali untuk berlapang dada menerimanya.

Nasihat yang baik yang boleh kita sampaikan adalah nasihat yang benar, mengandung muatan positif, dan tentunya penuh makna serta manfaat bagi semua orang, yaitu mengajak pada kebajikan dan menjauhi kemungkaran yang berdasarkan Alquran dan sunah. Dan, bukanlah sebaliknya, menganjurkan kemungkaran dan melarang untuk mengerjakan kebajikan.

Apa pun yang kita sampaikan jika itu benar, alangkah baiknya bila cara menyampaikannya pun benar. Dengan nasihat, kita harus membantu yang lupa agar menjadi ingat, membantu yang lalai agar menjadi semangat, yang tergelincir menjadi bangkit kembali, yang berlumur dosa menjadi bertobat. Intinya, kalau dilandasi niat yang baik, tentu akan melahirkan kebaikan pula. Wallahul mustaan