Belajar Hidup dari Juru Parkir, Kakek Kuasa

oleh -
Kakek Kuasa, Juru Parkir di Kota Palu

SEBUAH minibus  hitam, terparkir di tepi Jalan Hasanuddin, Pusat Pertokoan Palu Timur, Jumat (3/11) pagi.  Sang pemilik mobil, berhenti sejenak untuk sekadar berbelanja di salah satu gerai pusat perbelanjaan itu. Tak lama kemudian, dua pejalan kaki masuk ke dalam mobil lainnya. Hanya berselang bebeberapa detik saja, mereka sedikit terkejut dengan bunyi sempritan sang juru parkir yang duduk di kursi kayu berlapis kardus bekas.

Sang juru parkir berompi oranye pun bergegas mendekati mobil itu. Dengan langkah pelan, ia mengikuti sisi belakang mobil. Pemilik mobil pun memberikan uang koin sebanyak Rp 2400 kepadanya yang sambil meniup-niup sempritannya mengatur lalu lintas.

Semestinya sang juru parkir itu, dibayar Rp 3000 untuk kendaraan roda empat. Meski demikian, kondisi itu sudah terbiasa dialami. Ia bahkan bersyukur, berapa pun jumlah yang diberikan atas jasa parkirnya.

Adalah Kuasa Jalisura (72), lansia yang selama puluhan tahun ini, memilih bekerja sebagai juru parkir di sejumlah tempat perbelanjaan di Kota Palu.

Ia beralasan, karena hanya profesi inilah yang bisa ia geluti dan menyambung hari-hari tuanya bersama cucu di rumah.

“Kalau jadi pegawe atau PNS sudah bisa pensiun. Ana bua ada empat orang, tinggal di rumah. Jalan Anoa saya,” katanya.

Ia menceritakan, awalnya lokasi parkirnya, di kawasan Rumah Sakit Budi Agung, kemudian berpindah lagi ke Pasar Masomba. Kala itu menurut dia, ongkos parkir hanya Rp 50 untuk sepeda motor dan mobil Rp 100.

“Umur masih 20-an tahun. Hitung saja karcis Rp 50, tahun berapa itu. Mobil Rp 100.” ujarnya.

Di usianya tak lagi muda ini, Kuasa, tetap memilih menghabiskan hari-harinya menjadi juru parkir, ketimbang hanya di rumah tanpa melakukan sesuatu yang lebih.

Ketika ditanya kenapa harus menjadi juru parkir. Menurut Kuasa, profesi ini tidak hanya duduk mengatur kendaraan lalu dapat uang. Melainkan, di sinilah ia menemukan bagaimana menjaga amanah dan tanggung jawab besar yang dititipkan kepada dia.

Bapak empat anak ini, terkadang, merasa risau melihat banyak juru parkir yang hanya mencari untung semata. Tanpa melihat, sisi keamanan serta kerugian yang timbul karena kelalaian juru parkir.

Saat ditanya soal kapan akan berhenti jadi juru parkir, ia menjawab akan terus menggeluti profesi ini sampai ia mati. Tidak ada kerja lain kata dia, sebab kalau hanya di rumah banyak yang dipikir. Lebih baik, mencari kesibukkan di usia tua.

Banyak pelajaran hidup di sekitar kita termasuk juru parkir seperti Kakek Kuasa. Kebesaran hati dan kesabaran juru parkir ini patut diteladani.(NANANG IP)